Opini

Apakah Mahasiswa Teknik Harus Punya Pasangan Supaya Bisa Bahagia (Masa sih?)

Punya doi adalah kewajiban bagi mereka yang ingin mencapai kebahagiaan! katanya

Muhammad Fahroji22 September 2021

Pernah merasa bahwa dunia tak lagi berpihak kepada diri kamu?

Pernah merasa bahwa kamu tak lagi dapat hidup bahagia tanpa diri-nya?

Pernah merasa bahwa diri kamu gagal dan/atau tak layak hidup apabila tidak bisa memiliki apa yang dimiliki orang lain?

Pernah merasa bahwa hidup ini pahit karena tidak ada kehadiran sang kekasih?

Pernah menangisi karena perihal yang tidak penting?

Apabila kamu pernah merasakan salah satu dari itu, atau bahkan semuanya. Selamat, kita sama. Loh he? Terus disini ngapain?

Anggap sekarang kita sedang merayakan hari kebalikan, sekarang kita jawab semua pertanyaan diatas menggunakan pernyataan tanpa nestapa dengan membahas lebih dalam terlebih dahulu tentang cara optimalisasi arah hidup untuk hal yang menjadi perhatian atas tujuan hidup.

Manusia selalu kepo dengan orang lain

Manusiawi ketika melihat dan mengetahui sesuatu yang menurutnya lebih baik, lebih keren, lebih UwU dan lebih bahagia dari dirinya. Dn berikutnya muncul pkiran “andai aku bisa seperti itu” atau “andai aku merasakan hal yang sama di posisi mereka”.

Tak jarang implikasi dari pemikiran tersebut berbuah pada tindakan yang tak jarang memaksakan kapasitas diri, menjadikan diri ini produk keadaan yang mengikuti tren masyarakat, dan sampai merasa dirinya gagal kalau tidak mencapai apa yang orang lain gapai dan miliki. Fenomena sosial tersebut akan selalu hadir dan menjadi perhatian bagi manusia yang sedang memantaskan diri atau yang ingin memuaskan hasrat.

Namun, pernahkah terpikirkan kalau kita dapat mengatur itu semua agar lebih optimal dan tidak salah arah ketika menaruh perhatian atas keadaan yang diharapkan? Mari kita bahas melalui teori Circle of Concern and Circle of Influence yang berasal dari buku “The 7 Habits of Highly Effective People” karya Stephen Covey.

Apa itu circle of concern

Secara umum circle of concern atau lingkaran perhatian berkaitan dengan hal-hal yang kita pedulikan tapi di luar kendali. Sedangkan circle of influence atau lingkaran pengaruh berkaitan dengan hal-hal yang kita pedulikan dan dapat kita kontrol dan berikan dampaknya atau manfaatnya.


Circle of concern meliputi apapun yang menjadi perhatian atau masalah yang kamu miliki di dunia ini, misal terkait kehidupan perkuliahan, pekerjaan, keluarga, kesehatan dan lain sebagainya. Semua yang ada di dalam circle tersebut menjadi penting dalam hidup kamu, dan apapun yang ada di luar circle, kamu hanya menaruh sedikit perhatian atau bahkan tidak menaruh perhatian sama sekali.

 

ilustrasi circle of concern

Seperti saat ini kita sedang menghadapi pandemi covid-19 (bosen ya kopid terus), kebijakan normal baru mulai dari PSBB, PPKM skala mikro, dan berbagai kebijakan yang selalu berubah dapat mempengaruhi keadaan diri sendiri dan keluarga.

Yang menjadi pertanyaan adalah apa yang dapat kita lakukan menanggapi hal-hal itu? Karena itu penting untuk mengetahui dan mengidentifikasi circle of concern diri kita sendiri. 

Kita harus mengetahui kepada apa kita menaruh perhatian/kepedulian dan mana yang berada diluar kendali serta mana yang di dalam kendali kita. Hal tersebut berkaitan dengan circle of influence yang perlu juga kita identifikasi lebih lanjut di dalam circle of concern kita.

Apa itu circle of influence

ilustrasi circle of influence

Circle of influence meliputi hal-hal yang dapat kamu jadikan perhatian dan dapat lakukan di dalamnya pada circle of concern. Pada circle of influence secara umum terdapat dua kelompok menyikapi tujuan atas lingkaran pengaruh tersebut, yaitu proaktif dan reaktif.

Proaktif adalah mereka yang fokus pada circle of influence, berusaha menggapai apa yang dapat mereka raih di dalam kehidupannya. Misal, seorang pegawai perusahaan fokus menghabiskan waktu dan energinya untuk mengejar target perusahaan yang telah di amanahkan kepadanya.

Kemudian pelajar yang fokus dalam mengejar pembelajaran akademis maupun non-akademisnya demi mengasah kemampuan softskill dan hardskill yang seharusnya bisa didapatkan selama berproses di sekolah atau di perkuliahan. Sehingga sifat energi positif mereka membesar dan menyebabkan lingkaran pengaruh atau circle of influence meningkat.

proaktif pada circle of concern

Reaktif adalah mereka yang fokus untuk menghabiskan waktunya dalam berusaha pada circle of concern. Mereka terlalu memikirkan dan menaruh perhatian lebih pada masalah-masalah atau keadaan yang di luar kendali. Mereka terlalu melihat mereka yang UwU, yang keren, yang glowing, yang bahagia diatas standar diri mereka sendiri.

Padahal setiap orang memiliki start atau awal mula kehidupan, kapasitas diri, kondisi ekonomi, latar belakang hingga privilege yang berbeda-beda. Kita terlalu memikirkan hal-hal yang tak seharusnya dipikirkan, menghabiskan waktu untuk hal yang bahkan tak menunjang tujuan hidup, sampai terjebak dalam fatamorgana. Sehingga kita kehabisan waktu “untuk berdampak dan bermanfaat” untuk diri sendiri dan sekitar.

reaktif pada cirlce of concern

Perasaan-perasaan pada awal-awal paragraf mungkin akan berubah ketika kita mengetahui dan dapat mengidentifikasi lebih dalam tentang circle of concern dan circle of influence diri kita sendiri. Mungkin pertanyaan dibalas dengan perasaan atas jawaban.

Pernah merasa bahwa dunia tak lagi berpihak kepada kamu?

Pernah, tapi karena saya mengetahui prioritas yang seharusnya saya kejar dan bersyukur atas apa yang telah diberikan, maka saya yakin akan ada saatnya dunia berpihak.

Pernah merasa bahwa kamu tak lagi dapat hidup bahagia tanpa diri-nya?

Pernah, tapi kebahagiaan seseorang bergantung pada standar kebahagiaan dirinya sendiri, orang lain tidak berhak menentukan kebahagiaan seseorang.

Pernah merasa bahwa diri kamu gagal dan/atau tak layak hidup apabila tidak bisa memiliki apa yang dimiliki orang lain?

Pernah, tapi setiap orang layak atas kehidupannya bukan ditentukan oleh standar kehidupan orang lain.

Pada dasarnya kita seharusnya dapat fokus pada apa yang dapat kita perbuat, sehingga nantinya ketika kita dihadapi situasi sulit sekalipun kita dapat menyelesaikannya dengan fokus. Jikalau terlalu galau karena hal yang sepele, kapan mau move on! scale up! and grow up!. Salam Juang #kasurdingin

Share:

0 Komentar