Teknologi

Mengenal Teknologi SRF, Inovasi Pemupukan pada Pertanian Berbasis "Eco-Friendly"

Teknologi SRF membuat penggunaan pupuk yang biasa digunakan pemupukan 2 kali atau lebih mampu direduksi menjadi 1 kali pemupukan

Richad Ade16 Juni 2021

Pertanian menjadi bagian penting dalam sejarah panjang bangsa Indonesia sebagai Negara agraria. Akar dasar terjadinya ekspansi kekuasaan imperialis Eropa hingga Jepang pum bermuara atas latar belakang kenakaragaman flora Indonesia, terutama pada tanaman kebutuhan perang saat itu seperti jarak dan cengkeh.

Negara dengan komoditas sawit, kopi dan atsiri yang menguasai komoditas internasional seperti Indonesia saat ini, tentu memiliki pekerjaan rumah juga dalam pengolahan potensi yang dimilikinya. Selain menghadapi bonus demografi 2045, negara bergeser pada kebutuhan lahan untuk pemukiman, pertanian Indonesia harus dikemas lebih inovatif lagi mengingat adanya risiko ketergantungan pertanian terhadap pupuk kimia yang pada jangka waktu panjang akan menimbulkan masalah baru pada kesehatan lingkungan.

Pupuk kimia masih jadi kebutuhan pertanian Indonesia saat ini

pupuk kimia
satudigital.com

Produktivitas pertanian saat ini sangat bergantung pada pupuk kimia baik yang tunggal seperti urea, super fosfat maupun pupuk majemuk seperti NPK dan ZK. Faktor harga murah dengan subsidi pemerintah dan kuantitas produksinya pun cukup melimpah mengingat terakslerasinya teknologi industri pupuk di Indonesia sejak dibangun pertama kali di Palembang pada tahun 1959 (Pusri).

Salah satu masalah petani adalah kemampuan pupuk yang terlalu mudah larut dalam air, utamanya pada saat proses irigasi. Karakter pupuk yang demikian membuat tidak semua nutrisi di dalam pupuk terserap oleh tanaman secara optimal.

Sederhananya, tanaman hanya membutuhkan 2% hara per harinya, tetapi nutrisi hara yang dikeluarkan pupuk perhari melebihi 2%, sehingga tidak termakan oleh tanaman dan terbuang ke dalam lingkungan. Selain berdampak pada cost pertanian, hal tersebut juga sangat berpotensi untuk merusak lingkungan.

Salah satunya dampak penimbunan unsur hara atau nutrisi pupuk adalah terjadinya eutrofikasi pada perairan yang tentu sangat merugikan pengambil manfaat ekosistem tersebut. Selain eutrofikasi, kebanyakan kandungan kimia (nitrogen, fosfor dan kalium) pupuk yang masuk ke dalam tanah akan menyebabkan kualitas tanah semakin lama akan semakin menurun karena bateri pengurai telah mati, sehingga tanah mengeras dan menghambat aerasi air dan udara.

Dengan kondisi semakin tingginya angka pertumbuhan penduduk, selain semakin minimnya lahan pertanian, kebutuhan akan pangan dari pertanian akan sangat dituntut lebih tinggi lagi. Oleh karena itu, inovasi pertanian dalam kondisi yang demikian ini sangat dibutuhkan agar ditemukan solusi yang sustainable bagi kehidupan bangsa Indonesia.

Inovasi pupuk dengan teknologi Slow Release Fertilizer 

Saat ini, dikembangkan inovasi pupuk yang lebih ramah terhadap lingkungan, utamanya yang berkaitan dengan pelepasan nutrisi pupuk yang terlalu mudah larut di dalam air. Adalah inovasi teknologi ‘Slow Release Fertilizer’ atau SRF, yaitu pupuk dengan pelepasan nutrisi yang lambat.

Dengan memodifikasi permukaan dari pupuk, yang semula berwujud granul, bisa didapatkan pupuk yang mampu melepaskan nutrisi dengan lambat atau bahkan bisa disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing tanaman. Saat ini, riset terkait teknologi SRF tentu berkembang begitu pesat baik di dalam kampus, maupun sudah diterapkan di beberapa industri pupuk nasional.

Pupuk SRF mampu melepas nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan tanaman 

pupuk srf
lawnbuddies.com

Bukan sekedar memperlambat, dengan melakuan riset pada tanaman yang spesifik juga bisa didapatkan pupuk SRF yang mampu merilis nutrisi yang pas bagi tanaman spesifik per kebutuhannya. Pada tahun 2017, BPPT telah merilis inovasi pupuk lepas lambat (SRF) yang telah dipatenkan dan dapat digunakan pada tanaman padi, jagung dengan sekali melakukan pemupukan.

Teknologi SRF yang digunakan adalah dengan melakukan coating pupuk saat proses pembuatan granul, sehingga pupuk kimia permukaannya terlapisi dengan membran yang mampu membuat karakter mudah larut dalam air bisa menjadi berkurang, sehingga mampu merilis nutrisi sesuai kebutuhan tanaman dengan tujuan utama yaitu menghemat penggunaan pupuk yang biasa digunakan pemupukan 2 kali mampu direduksi menjadi 1 kali pemupukan.

Karena masih belum ada pengkajian lebih lanjut untuk pupuk berbentuk cair dan prill, saat ini pupuk SRF masih banyak diaplikasikan pada pupuk dengan bentuk granul, melihat proses coating yang bisa dipadukan saat proses granulasi. Teknologi SRF ini menjadi inovasi yang saat ini sangat potensial dikembangkan untuk menjawab kondisi kritis di dalam dunia pertanian yang dituntut lebih advanced lagi.

Pupuk SRF mampu menghemat anggaran 

Selain mampu menekan cost operasional, pupuk SRF juga sangat minim risiko pencemaran lingkungan sehingga pertanian kedepan bisa berjalan lebih sustainable lagi. Semakin bertambah banyak refrensi, sebenarnya ada juga teknologi baru yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai pupuk yang lebih eco-friendly, yaitu adalah pupuk hayati.

Pupuk hayati merupakan pupuk yang diproduksi menggunakan bantuan mikroba dan bahan biotik, sehingga ketika terkirim ke dalam tanah, tidak menimbulkan dampak yang begitu berlebihan. Tetapi, dalam perjalanannya produksi pupuk hayati masih memerlukan cost yang sangat tinggi, sehingga produk yang dihasilkan masih belum terjangkau oleh kas dari pertanian Indonesia. Namun, bukan tidak mungkin kedepan teknologi pupuk hayati mampu diterapkan secara menyeluruh di Indonesia.

Kemudian yang lebih penting dari inovasi teknologi adalah bagaimana cara mengenalkan teknologi baru kepada petani sebagai garda terdepan dalam pelaksanaan. Tidak sedikit stigma dari petani yaitu ‘banyak pupuk, banyak panen’, sehingga pemahaman terkait metode sekali pemupukan dengan pupuk SRF  sering terabaikan, dan lebih suka memakai pupuk kimia konvensional.

Oleh karena itu, selain dilakukan peningkatan inovasi di sektor teknologi penunjang seperti pupuk, pertanian Indonesia juga harus dikembangkan pada bidang sumber daya manusia nya sehingga mampu berjalan secara beriringan dan memudahkan bangsa Indonesia dalam memecahkan masalahnya. Semoga bermanfaat.

 

Share:

0 Komentar

Artikel Terkait