Pengetahuan

Universitas Tertua di Dunia Lahir dari Mimpi Seorang Perempuan

Dari Tangan Seorang Perempuan Lahir Cahaya Ilmu yang Tak Pernah Padam

Ade Apristiawan14 Mei 2025

Ketika kita berbicara tentang kontribusi luar biasa dalam dunia pendidikan dan peradaban, nama-nama besar seperti Aristoteles, Plato, dan Socrates seringkali mendominasi ingatan sejarah. Namun, ada satu nama yang mungkin terlupakan oleh banyak orang, meskipun dampaknya sangat besar dalam membentuk dunia ilmu pengetahuan.

Nama itu adalah Fatimah al Fihri, seorang perempuan Muslim dari Fez, Maroko, yang membangun universitas pertama di dunia yang masih beroperasi hingga saat ini, Universitas al-Qarawiyyin. Dalam sejarah yang sering kali lebih memihak pada tokoh laki-laki, Fatimah al Fihri menorehkan prestasi luar biasa yang menginspirasi kita hingga sekarang.

Seorang Perempuan dari Fez

Fatimah al Fihri lahir sekitar tahun 800 Masehi di Kairouan, Tunisia. Ia berasal dari keluarga terpandang yang memiliki banyak kekayaan dan pengaruh. Setelah kematian ayahnya, yang seorang pedagang kaya, Fatimah dan saudara perempuannya, Maryam, pindah ke Fez, Maroko, kota yang saat itu menjadi pusat peradaban ilmiah dan budaya. Kehidupan awal Fatimah diwarnai dengan pengajaran agama dan ilmu pengetahuan. Pendidikan yang ia terima sejak kecil membentuknya menjadi pribadi yang bijaksana dan memiliki pemahaman mendalam mengenai pentingnya ilmu.

Namun, yang membedakan Fatimah dari banyak orang pada masanya adalah visinya yang luar biasa. Bukan hanya mengandalkan kekayaan keluarganya untuk kemewahan pribadi, Fatimah memutuskan untuk menggunakan warisan keluarganya untuk tujuan yang jauh lebih besar: menciptakan sebuah lembaga pendidikan yang akan mengubah sejarah. Pada tahun 859 M, dengan tekad dan keberanian, ia memulai pembangunan Al-Qarawiyyin, sebuah masjid yang kemudian berkembang menjadi pusat pendidikan dan ilmu pengetahuan terbesar pada zaman itu.

Sebuah Warisan yang Dikelola dengan Iman dan Visi

Ketika banyak perempuan pada masa itu terjebak dalam peran domestik, Fatimah al Fihri memilih untuk menulis sejarah dengan tangan sendiri. Dengan segala kekayaan yang ia warisi, ia membeli tanah dan mendirikan masjid yang kelak menjadi pusat pendidikan yang tak hanya terbatas pada teologi, tetapi juga meliputi matematika, astronomi, filsafat, hukum, dan ilmu-ilmu alam lainnya.

Al-Qarawiyyin bukan hanya sekadar tempat ibadah, tetapi sebuah lembaga yang membuka pintu bagi orang-orang dari berbagai belahan dunia untuk datang belajar. Dengan dana yang dimilikinya, Fatimah merancang dan mengelola pembangunan masjid ini dengan ketelitian yang luar biasa, memastikan bahwa tempat ini bukan hanya berfungsi sebagai masjid, tetapi juga sebagai pusat ilmu yang mampu mengubah hidup banyak orang.

Visi Fatimah sangat jauh ke depan. Ia tidak hanya memikirkan kebutuhan pendidikan di masa kini, tetapi juga berencana untuk meninggalkan warisan abadi bagi umat manusia. Sebuah universitas yang tidak hanya mengajarkan pengetahuan yang ada saat itu, tetapi juga mendorong pemikiran kritis dan pertukaran intelektual lintas peradaban. Universitas ini menjadi tempat belajar bagi para ilmuwan terkemuka dari berbagai belahan dunia, termasuk tokoh-tokoh besar seperti Ibn Khaldun, Maimonides, dan bahkan pengaruhnya menyentuh hingga Eropa, dengan Paus Silvester II yang juga belajar di sini.

Al-Qarawiyyin Bukan Sekadar Masjid

Saat Fatimah membangun Al-Qarawiyyin, ia tidak hanya mendirikan sebuah masjid besar. Ia membangun sebuah lembaga yang merangkul berbagai disiplin ilmu. Al-Qarawiyyin menjadi tempat di mana para cendekiawan Muslim, Yahudi, dan Kristen berkumpul untuk berbagi ilmu, memperdebatkan pemikiran, dan mengembangkan teori-teori baru dalam berbagai bidang. Di sinilah berbagai ajaran dan pemikiran ilmiah bertemu, mengarah pada pengembangan ilmu pengetahuan yang sangat berpengaruh pada perkembangan dunia Barat dan Timur.

Di Al-Qarawiyyin, pelajaran mengenai matematika, astronomi, dan kedokteran diterima dengan antusias. Bahkan sistem numerasi Arab yang dikenal dengan angka Arab, yang kita gunakan hingga kini, pertama kali dipelajari dan dipromosikan di sini. Tidak hanya itu, banyak penemuan baru di bidang astronomi yang dikerjakan oleh ilmuwan Muslim yang belajar di universitas ini, dan banyak dari pengetahuan tersebut diteruskan ke Eropa melalui jalur perdagangan dan pertukaran budaya.

Universitas ini bertahan selama berabad-abad, menjadi simbol bahwa pendidikan adalah dasar dari peradaban yang berkembang. Keberhasilan Fatimah al Fihri dalam mendirikan lembaga pendidikan ini tidak hanya memperlihatkan kegigihan seorang perempuan, tetapi juga kecintaannya pada ilmu dan keyakinannya bahwa pendidikan adalah kunci untuk membuka pintu-pintu pengetahuan yang lebih luas.

Jejak yang Mengakar dalam Sejarah dan Masa Depan

Pencapaian Fatimah al Fihri diakui oleh dunia, bahkan oleh lembaga-lembaga internasional seperti UNESCO yang menempatkan Universitas al-Qarawiyyin dalam Guinness World Records sebagai universitas tertua di dunia yang masih beroperasi. Keberadaan universitas ini hingga saat ini membuktikan bahwa visi Fatimah tidak hanya relevan pada zamannya, tetapi juga untuk generasi-generasi berikutnya. Meskipun ia hidup berabad-abad yang lalu, warisan pendidikannya terus mengalir ke berbagai penjuru dunia, melahirkan pemikir-pemikir besar dan memberikan dampak positif yang luar biasa bagi umat manusia.

Salah satu pelajaran besar yang bisa kita ambil dari perjalanan hidup Fatimah adalah keberanian untuk memanfaatkan sumber daya yang kita miliki untuk tujuan yang lebih besar. Fatimah bukan hanya mewarisi harta, tetapi juga tekad untuk meninggalkan warisan yang bermanfaat bagi umat manusia. Ia adalah contoh bagaimana seorang perempuan dapat merancang dan membangun sesuatu yang lebih besar daripada dirinya sendiri.

Inspirasi Bagi Generasi Kini

Dalam dunia yang semakin berkembang dengan teknologi dan informasi, kita sering lupa akan dasar dari semua kemajuan ini: pendidikan. Fatimah al Fihri mengingatkan kita bahwa pendidikan bukanlah sekadar urusan sekolah atau universitas, tetapi tentang membangun peradaban yang lebih baik. Ia menunjukkan bahwa peran perempuan dalam membentuk dunia tidak hanya dapat dilihat dari status sosial atau politik, tetapi juga dari kontribusi besar dalam bidang ilmu pengetahuan.

Melalui kisah Fatimah al Fihri, kita belajar bahwa visi yang besar tidak mengenal gender atau batasan apapun. Jika seorang perempuan pada abad ke-9 bisa mendirikan universitas yang masih relevan hingga kini, maka kita sebagai generasi penerus seharusnya dapat mengangkat mimpi besar kita dan mencapainya, apapun tantangannya.

Fatimah al Fihri adalah simbol dari kekuatan pendidikan, keberanian perempuan, dan pentingnya visi jangka panjang dalam membangun peradaban. Dia membuktikan bahwa seorang perempuan bisa mengubah dunia, bahkan dari balik bayang-bayang sejarah.

Share:

0 Komentar

Artikel Terkait