Opini

7 Alasan Mengapa Mahasiswa Harus Melek Politik!

7 Alasan Mengapa Mahasiswa Harus Melek Politik 1. Agen perubahan sosial 2. Kebijakan berdampak langsung 3. Menjaga kualitas demokrasi 4. Mencegah apatisme dan manipulasi politik..

Andri Marza Akhda8 Agustus 2025

Satu dari sekian banyak hal yang dapat memengaruhi hidup kita, baik itu langsung atau tidak langsung adalah politik. Politik bukan sekadar urusan elit atau pejabat negara saja. Hakikat politik jelas lebih luas daripada itu. Politik mencakup segala proses pengambilan keputusan publik yang memengaruhi kehidupan bermasyarakat.

Dari proses politiklah, harga bahan pokok, regulasi digital, kenyamanan dan keamanan lingkungan hidup terbentuk. Oleh sebab itu wajar jika pemahaman terhadap politik wajib dimiliki oleh setiap warga negara, tidak terkecuali mahasiswa.

Bahkan dapat kita katakan bahwa mahasiswa memiliki tanggung jawab lebih untuk bisa melek politik. Mahasiswa melek politik bukan berarti mahasiswa harus turun ke jalan setiap kali ada demo, atau bahkan menjadi bagian dari partai politik.

Istilah mahasiswa melek politik lebih daripada itu. Mahasiswa melek politik adalah tentang kesadaran kritis dalam mengamati, menilai, menyampaikan aspirasi publik secara jelas dan terstruktur. Kita bisa mengatakan bahwa mahasiswa ini adalah perpanjangan suara rakyat dari kalangan intelektual dan reflektif.

Di dalam artikel ini, MinTek akan menjelaskan tentang 7 Alasan Mengapa Mahasiswa Wajib Melek Politik. Penasaran apa saja? Simak baik-baik artikel ini! 

1. Mahasiswa Adalah Perubahan Sosial

Alasan pertama adalah mahasiswa yang sedari dulu sudah dikenal sebagai Agent of Change, terlebih lagi dalam sejarah bangsa Indonesia. Keterlibatan mahasiswa dalam politik terbukti memberikan dampak yang besar untuk kemajuan demokrasi bermasyarakat.

Mahasiswa yang melek akan politik tentu akan memudahkannya memahami struktur kekuasaan, relasi sosial dan dinamika kebijakan. Hal ini penting untuk dimiliki agar mahasiswa bukan hanya sekadar menjadi pengamat tetapi juga pemantik perubahan. Mahasiswa melek politik akan banyak melahirkan gerakan-gerakan sosial yang visioner, bukan sekadar reaktif.

2. Kebijakan Berdampak Langsung

Alasan kedua adalah kebijakan dari politik itu sendiri yang berdampak langsung pada mahasiswa. Kita bisa melihat contohnya dengan jelas melalui kebijakan kenaikan UKT (Uang Kuliah Tunggal), regulasi magang, hingga sistem pendidikan berbasis industri. Semuanya adalah buah daripada kebijakan politik.

Jika mahasiswa melek politik, mereka pasti tidak akan buta soal asal-usul kebijakan tersebut. Melalui jalur aspiratif, mahasiswa bisa terlibat di dalam forum diskusi publik, audiensi dengan DPR atau bahkan terlibat langsung dalam perumusan kebijakan politik.

3. Menjaga Kualitas Demokrasi

Ya, alasan ketiga adalah mahasiswa yang mampu menjaga kualitas daripada demokrasi. Perlu diketahui bahwa demokrasi memerlukan partisipasi aktif dari masyarakat, termasuk generasi muda yang intelektual seperti mahasiswa. Mahasiswa inilah yang diharapkan mampu menjadi perpanjangan suara rakyat yang murni, ilmiah, dan terlepas dari bias aspek-aspek lain.

Misalnya, pemerintah ingin membuat kebijakan mengenai pembukaan lahan baru untuk wisata di daerah cagar alam. Kebijakan ini memang dapat membantu perekonomian masyarakat sekitar meningkat, dan jika ditanyakan kepada mereka mengenai kebijakan tersebut, maka bias rata-rata keputusan mereka mengarah ke aspek ekonomi saja. Hal ini tentu berbeda dengan mahasiswa yang sudah dibekali dengan pola pikir luas dan terbuka.

4. Mencegah Apatisme dan Manipulasi

Berikutnya adalah mencegah sikap apatisme dan manipulasi politik dari pemilik kewenangan. Apabila mahasiswa banyak yang memiliki sikap apatisme maka manipulasi politik akan dengan mudah menjamur. Informasi di era digital yang bias atau direkayasa untuk kepentingan kelompok akan semakin banyak bertebaran.

Melalui mahasiswa melek politik, masyarakat awan tentunya juga akan ikut terbantu dalam memilah informasi yang dapat dipercaya, dan juga tidak mudah terseret ke dalam narasi yang provokatif. Kesadaran seperti ini penting untuk menciptakan masyarakat yang anti hoaks dan anti feodalisme.

5. Tanggung Jawab Sebagai Warga Negara

Politik itu tidak hanya mengikuti pemilu berlangsung 5 tahun sekali. Politik adalah tentang tanggung jawab moral dan sosial untuk memastikan bahwa sistem pemerintahan berjalan adil dan berpihak pada kepentingan rakyat. Mahasiswa melek politik menyadari peran mereka dalam proses ini.

Mereka bukan warga negara pasif, melainkan mitra kritis bagi pemerintah dan penyambung suara masyarakat yang tidak terwakili.

6. Mengasah Kemampuan Analisis dan Kepemimpinan

Alasan berikutnya adalah karena melek politik mampu membantu mahasiswa untuk memiliki kemampuan analisis yang kuat. Mahasiswa terbiasa untuk berpikir sistemik, kritis, dan juga berbasiskan data. Melek politik akan menjadikan mahasiswa tidak mudah menelan informasi mentah-mentah atau bahasanya sekarang, sekadar baca headline berita, melainkan menganalisis secara logis dan argumentatif.

Kemampuan seperti ini tentu akan jadi modal penting untuk mahasiswa itu sendiri. Terlebih dalam upaya mahasiswa mencari jati diri kepemimpinan yang baik di masa depan. Mahasiswa melek politik pada umumnya memiliki kepekaan sosial dan intelektual yang tinggi.

7. Menentukan Arah Masa Depan Bangsa

Alasan mengapa mahasiswa wajib melek politik terakhir adalah karena yang menentukan masa depan bangsa, adalah mereka, mahasiswa yang tidak apatis, peduli sesama, jujur, dan juga intelektual. Dengan menjadi mahasiswa melek politik, generasi muda dapat memastikan arah pembangunan sesuai dengan nilai-nilai keadilan, keberlanjutan, dan kesejahteraan bersama.

Dampak Nyata Mahasiswa yang Melek Politik

Ada banyak kasus yang memberikan kita gambaran jelas mengenai dampak keterlibatan mahasiswa dalam proses politik. Di sini MinTek akan memberikan 2 contohnya, 1 dari Indonesia dan juga 1 dari Amerika.

1. Reformasi 1998 di Indonesia

Berbicara tentang mahasiswa dan politik di Indonesia, kita tentu tidak akan pernah lupa dengan peristiwa besar, reformasi 1998. Reformasi 1998 ini menjadi bukti nyata dari peran mahasiswa melek politik. Di tengah krisis ekonomi dan otoritarianisme rezim Orde Baru, mahasiswa dari berbagai daerah terjun ke jalan. Bukan hanya itu saja, mahasiswa juga aktif membangun diskusi, jaringan antar kampus, dan membuat tuntutan politik konkret.

Hasilnya, Indonesia memasuki era reformasi dengan sistem demokrasi yang lebih terbuka.

2. Gerakan Mahasiswa AS dalam Era Perang Vietnam

"Mahasiswa di luar negeri fokus belajar, makanya negaranya maju, tidak seperti mahasiswa Indonesia". Pernah dengar kalimat ini?. Jika pernah, maka ketahuilah bahwa kalimat ini salah total. Fakta sejarah membuktikan bahwa mahasiswa luar negeri juga banyak yang melek politik.

Salah satu contohnya dapat kita lihat dari gerakan Anti Perang Vietnam di akhir tahun 1960-an. Saat itu mahasiswa Amerika banyak yang ikut ke dalam protes Perang Vietnam. Selain berdemo, mahasiswa juga membangun basis argumen yang kuat melalui riset, seminar, dan diskusi publik.

Mereka memotivasi lapisan masyarakat lain untuk menekan pemerintah Amerika agar mau menarik pasukannya dari Vietnam. Selain mahasiswa AS ini, kita juga bisa melihat contoh lainnya dari peristiswa Arab Spring, Umbrella Movement di Hong Kong, Saffron Revolution di Myanmar, dan lain-lain.

Mengapa Mahasiswa Melek Politik Seringkali Meninggalkannya Kewajibannya Sebagai Mahasiswa?

Pertanyaan ini, tidak bisa dipungkiri akan muncul di dalam benakmu, begitu kamu menyelesaikan penjelasan mengapa mahasiswa wajib melek politik. Pertanyaan ini, pada umumnya akan terlintas di dalam pikiran mahasiswa yang memiliki teman sekelompok yang jarang hadir ketika ada diperlukan. Alasannya?, "lagi ikut demo".

Ya, MinTek sendiri pernah mengalami kondisi seperti ini, dan jika ditanya, apakah MinTek kesal, tentu saja MinTek kesal.

Bagaimana mungkin ada seseorang yang berteriak kencang agar orang lain dapat menjalankan tanggung jawabnya, tetapi yang berteriak justru sering kabur dari tanggung jawab yang bahkan 100% hanya untuk dirinya sendiri?.

Ada 5 alasan mengapa banyak mahasiswa melek politik seringkali meninggalkan kewajibannya sebagai mahasiswa. 5 alasan itu adalah;

1. Prioritas aktivis melebihi akademik.

2. Beban psikologis dan emosional. Ya, terlibat di dalam dunia politik, atau bahkan hanya sekadar membaca berita politik terlebih di negara yang sering terjadi kasus Korupsi, Kolusi, Nepotisme, tentu akan sangat menguras mental. 

3. Romantisme perjuangan. Tidak jarang sebagian mahasiswa merasa sangat heroik ketika aktif dalam kegiatan politik. Niat awal hanya untuk menyalurkan aspirasi rakyat, kini berubah menjadi cara untuk mendapatkan pengakuan sosial. 

4. Kurang manajemen waktu.

5. Salah kaprah dalam memahami pengabdian ideal untuk politik, menganggap bahwa menjadi aktivis adalah satu-satunya cara terbaik. Perlu diketahui bahwa BJ Habibie memberikan dampak besar untuk politik bernegara, melalui keinginannya mendirikan perusahaan pesawat Dirgantara, sesuatu yang ia sukai.

Kamu tentu juga bisa memberikan dampak besar lain dari sesuatu yang disukai, semisal melalui pengembangan atau pemberdayaan masyarakat sekitar.

Lantas, apakah semua mahasiswa melek politik itu abai dengan tugas-tugasnya sebagai mahasiswa?. Tentu saja tidak, ada banyak tokoh-tokoh besar yang semasa menjadi mahasiswa masih dapat menyeimbangkan kegiatan aktivis dan juga kampusnya. Sebut saja seperti Najwa Shihab, Soe Hok Gie, Nelson Mandela, BJ Habibie dan lain-lain. Kunci pentingnya adalah mengutamakan yang paling terdekat dengan kita dan juga memastikan diri memiliki manajemen waktu yang baik.

Inilah penjelasan lengkap tentang 7 Alasan Mengapa Mahasiswa Wajib Melek Politik. Semoga bermanfaat ya!

Share:

0 Komentar