Opini

7 Pola Pikir yang Harus Dibangun Agar Tidak Gampang Resign

Inilah 7 Pola Pikir yang Harus Dibangun Agar Tidak Gampang Resign. Cocok untuk dibaca kamu yang sudah menemukan lingkungan kerja yang nyaman.

Andri Marza Akhda19 Juli 2025

Tahun 2025, adalah tahun di mana kita dipaksa untuk dapat melihat cahaya di tengah gelapnya lautan yang dalam. Tahun di mana kita lebih sering mendengar berita buruk, terutama dari Sang Empunya Kekuasaan, ketimbang berita baik. 2025 adalah tahun di mana, ketika kita ingin membuka sosmed untuk hiburan, malah berakhir dengan mood yang hancur.

Kebijakan yang sebenarnya masih dapat diperdebatkan sisi baiknya, yakni efisiensi anggaran dari pemerintah, tentu sedikit banyak memengaruhi berbagai lini kehidupan masyarakat. Banyak startup, perusahaan besar, atau bahkan media, tumbang karena salah satu faktor eksternal bertahannya sebuah bisnis ini.

Baca Juga: 7 Pola Pikir Kureng yang Wajib Mahasiswa Hindari Jika Ingin Sukses

PHK massal yang terjadi di mana-mana. Lowongan kerja menjadi begitu sulit untuk didapatkan. Jumlah pengangguran yang meningkat, orang-orang tidak punya sesuatu yang dapat menggerakkan roda ekonominya. Menjadikan kejahatan tumbuh subur di antara masyarakat. Premanisme, meminta THR dengan gaya memaksa, jadi berita panas selama momen syahdu lebaran kemarin.

Berita-berita ini jelas, membuat kita harus berpikir panjang sebelum memutuskan untuk resign dari pekerjaan yang sekarang. Terlebih lagi jika pekerjaan yang sedang digeluti sekarang ini, memberikan upah cukup atau bahkan lebih dari cukup. Sayangnya, menemukan pemikiran panjang sebelum memutuskan sesuatu ini, tidaklah dimiliki oleh setiap orang.

Beberapa memang harus diberikan jalan khusus agar dapat terus bersabar dengan kondisinya sekarang. Nah, di dalam artikel ini, MinTek akan memberikan 7 pola pikir yang harus dibangun demi gak gampang resign dari tempat kerja.

1. Berpikirlah Bahwa Setiap Apa yang Kita Lakukan & Ucapkan Itu, Dibutuhkan!

Pola pikir pertama yang harus kamu bentuk jika tidak ingin gampang memutuskan resign, adalah berpikir bahwa setiap apa yang kita lakukan & ucapkan itu, dibutuhkan. Ada banyak orang yang merasa bahwa pekerjaan yang ia lakukan, adalah sia-sia, hanya karena pekerjaan tersebut sepele atau tidak digubris.

Contohnya saja seorang data analyst yang diperintah untuk dapat melakukan riset mendalam selama 1 bulan penuh secara mandiri, menemukan ide bisnis baru selama periode tersebut. Tetapi, pada saat hari H, ide yang sudah dicari-cari dan dianalisis mendalam tersebut, malah tidak digunakan. Tentu saja, kita akan merasa perjuangan yang sudah berlalu, berakhir sia-sia.

Tapi, jika kita berpikir bahwa setiap apa yang kita lakukan dan ucapkan itu dibutuhkan, maka kita dapat mengesampingkan perasaan seperti ini, dan berpikir bahwa ide yang kamu dapatkan, dapat digunakan sebagai alternatif terbaik di kemudian hari.

2. Reward Terbesar dari Pekerjaan Tidak Datang dari Sebuah Pujian, Melainkan Gaji!

Berikutnya adalah kamu yang harus dapat berpikir bahwa reward terbesar seorang karyawan bukan pujian, tetapi gaji yang diberikan. Ya, sebagian dari pekerja mungkin akan merasa tidak berguna ketika atasan mereka jarang memuji kinerja baik yang telah kamu berikan. Terlebih lagi jika atasan tersebut malah lebih sering memberikan kritikan di saat pekerjaanmu tidak baik.

Sebuah pujian jelas dapat menaikkan mood kerja karyawan, dan itu bisa mendekatkan atasan dengan bawahan, seolah tidak ada barrier yang begitu tebal. Tetapi, perlu diketahui bahwa pujian ini seperti pedang bermata dua. Terkadang diberikan karena nantinya kamu akan mengemban tugas yang begitu berat dan melebihi kapasitas kerja yang dimiliki.

Baca Juga: 7 Alasan Mengapa Mahasiswa Gagal Menyelesaikan Kuliahnya

Oleh karena, jika kamu tidak mendapatkan pujian ketika pekerjaanmu sangatlah baik, janganlah berkecil hati karena pujian yang sebenarnya datang dalam bentuk gaji yang dibayarkan. Jika beruntung memiliki atasan yang memiliki manajemen manusia yang baik, kamu bisa mendapatkan tambahan bonus.

3. Cobalah Berhenti Mendengar Apa yang Orang Lain Tidak Ucapkan

Mungkin di antara pembaca ada yang bingung ya. "Bagaimana caranya kita bisa mendengar sesuatu yang orang lain tidak ucapkan?". Secara logika, hal ini tentu saja tidak mungkin, tapi dalam kehidupan sehari-hari, tanpa sadar kita sering melakukannya. Bagaimana contohnya?. Contohnya ketika seseorang mendapatkan teguran dari rekan kerja atau atasan yang mengatakan "Kerja kamu sangatlah bagus, kedepannya mohon untuk lebih teliti dan cepat ya!".

Sebuah kalimat sederhana dan tidak menyakitkan, tetapi begitu kamu memiliki kemampuan mendengar yang orang lain tidak ucapkan (alias overthinking), kalimat tadi bisa terdengar seperti ini "Kerja kamu bagus sih, tapi tidak tepat dan juga lelet". Kemampuan mendengar seperti ini, akan sering membawamu pada perasaan tidak berguna, selalu merasa bersalah, dan perasaan-perasaan negatif lainnya.

4. Pikirkan Orang Lain yang Menjadi Tanggunganmu

Pola pikir keempat yang bisa kamu bangun adalah dengan memikirkan orang lain yang menjadi tanggunganmu. Semisal kamu adalah Kepala Keluarga, maka keputusan resign yang diambil harus berasal dari keputusan yang benar-benar matang. Bukan berdasarkan ego dan amarah semata.

Memikirkan orang lain yang menjadi tanggungan sebelum memikirkan diri sendiri adalah salah satu sikap baik yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Tentu saja, orang lain yang menjadi tanggunganmu ini, siap untuk meringankan beban pikiran yang ada. Jangan lupa untuk menceritakan apa saja yang telah kamu dilalui di tempat kerja kepada keluarga, terutama bagi mereka yang sudah dewasa seperti Istri atau Suami.

Berbagi cerita akan sangat meringankan beban pikiranmu, dan setiap kali kamu kelelahan dari bekerja, kamu akan pulang dengan senyuman karena tahu jika di rumah ada orang-orang yang siap menjadi tempatmu berkeluh kesah dan berbagi canda tawa.

5. Jadikan Pekerjaan Sebagai Sesuatu yang Menyenangkan

Kelima adalah dengan menjadikan pekerjaan sebagai sesuatu yang menyenangkan. Ada beberapa tips jitu yang bisa kamu gunakan untuk dapat menjadikan pekerjaan yang kamu geluti sekarang sebagai sesuatu yang menyenangkan. Contohnya seperti selalu memperbarui portofolio project setiap 1 bulan sekali. Ini bisa jadi cara terakhir untuk kamu dapat mengapresiasi diri sendiri. Kamu bisa tahu sampai di mana kemampuan bekerja yang kamu miliki.

Baca Juga: 7 Alasan Kenapa Banyak Lulusan Perguruan Tinggi Bekerja Tidak Sesuai dengan Jurusannya

Selain itu, carilah rekan kerja yang bisa diajak ngobrol hal-hal yang kamu sukai. Entah itu soal anime, film terbaru atau lain sebagainya. Memiliki rekan kerja yang bisa diajak ngobrol hal-hal menyenangkan, dapat menjadi salah satu alasan mengapa kamu pergi bekerja dengan perasaan atau mood yang baik.

5. Cari Hobi dan Jalankan Itu di Sela-Sela Pekerjaan

Bisa dibilang bahwa tips ini, adalah kelanjutan dari pola pikir sebelumnya. Mencari hobi yang menyenangkan dan melakukan itu di sela-sela kerja, dapat membantu otak kamu untuk refresh. Kamu bisa mencari hobi seperti bermain game mobile, membuat desain atau video konten pribadi, atau dengan membaca buku. Hobi apa saja boleh, asal itu tidak mengganggu orang lain dan juga merugikan dirimu. 

6. Rekan Kerja Bukan Keluarga Kita

Pola pikir kedua terakhir yang bisa kamu terapkan demi tidak gampang resign adalah berpikir bahwa rekan kerja, bukanlah keluarga kita. Stop untuk oversharing bersama rekan kerja karena itu dapat menjadi celah tersendiri, terlebih lagi jika kantor tempat kamu bekerja dipenuhi dengan orang-orang yang suka dengan politik kantor. Biasanya sering terjadi di perusahaan-perusahaan besar yang memiliki banyak divisi.

7. Rule of 30

Terakhir, adalah dengan menerapkan rule of 30, atau peraturan di mana kamu harus berpikir 30 hari sebelum benar-benar memutuskan untuk resign. Di saat-saat seperti ini, cobalah untuk menulis untung dan rugi ketika kamu nantinya benar-benar ingin resign dari tempat kerja.

Apabila keputusan kamu sudah begitu bulat untuk resign, mulai konsultasi dengan bagian human resource development perusahaanmu, lakukan komunikasi yang baik dan juga temukan keputusan yang tepat. Di saat yang bersamaan, mulailah untuk mencari tempat kerja yang baru.

Biasanya, perusahaan akan memberikan waktu 30 hari untukmu bekerja di tempat mereka, sembari mereka menemukan pengganti pekerja yang baru, dan begitupun denganmu yang mencari tempat kerja yang baru.

Selain 7 pola pikir di atas, kamu juga bisa menerapkan beberapa pola pikir lainnya seperti;

- Setiap pekerjaan pasti ada fase bosan dan jenuh.

- Pikiran stabilitas finansial.

- Lingkungan kerja yang baik itu aset yang langka.

- Karir bukan sprint, tapi maraton.

- Tidak semua masalah harus diselesaikan dengan resign. Komunikasi jadi kunci penting.

Apakah Resign dari Tempat Kerja Itu 100% Tidak Boleh MinTek?

Tentu saja boleh. Ada beberapa kondisi yang bisa kamu pertimbangkan sebelum membuat keputusan resign ini. Beberapa di antara banyak kondisi tersebut seperti;

- Lingkungan kerja yang toxic dan penuh politik kantor. Mental kamu rusak karena lingkungan seperti ini.

- Jam kerja yang terlalu menguras kesehatan fisikmu. Kamu jadi lebih sering sakit.

- Gaji yang didapatkan tidak setara dengan apa yang kamu lakukan untuk perusahaan.

- Kamu mendapatkan tawaran pekerjaan yang lebih baik dari tempat lain.

- Dan lain-lain.

Inilah 7 pola pikir yang dapat membantu kamu untuk tidak gampang resign dari tempat kerja, terlebih jika tempat kerja yang sekarang sudah memberikan lingkungan kerja yang aman, nyaman, dan juga gaji yang cukup atau bahkan lebih dari cukup. Semoga artikel ini bermanfaat ya!. Dapatkan terus informasi unik dan bermanfaat lainnya, hanya di Blog Anakteknik.co.id.

Share:

0 Komentar