Pengetahuan

Kenapa Air Laut Tak Bisa Langsung Diminum? Ini Jawaban Ilmiahnya!

Air laut tampak jernih, tapi mematikan saat diminum. Temukan penjelasan ilmiahnya dan kenapa desalinasi jadi kunci menghadapi krisis air global.

Pernah nggak sih kamu duduk di pinggir pantai, lihat air laut yang bening dan kebiruan, lalu kepikiran, "Kok nggak langsung diminum aja sih airnya?" Padahal kelihatan bersih, ya? Tapi kenyataannya, air laut adalah salah satu jenis air yang paling nggak aman untuk dikonsumsi langsung. Kenapa begitu? Yuk kita kupas bareng-bareng dari sisi ilmiahnya!

Kadar Garam yang Nggak Main-Main

Photo by Christian Bass on Unsplash

Air laut rata-rata mengandung sekitar 35.000 ppm (part per million) garam, terutama dalam bentuk natrium klorida (NaCl). Bandingin dengan air minum biasa yang maksimal cuma boleh punya 500 ppm kandungan total padatan terlarut (TDS). Kebayang dong bedanya seberapa asin?

Kenapa Tubuh Kita Menolak Air Laut?

Photo by Robina Weermeijer on Unsplash

Tubuh manusia punya mekanisme untuk menjaga keseimbangan garam dan air lewat kerja ginjal. Tapi ketika kamu minum air laut, kadar garam yang tinggi bikin tubuh harus membuang lebih banyak air untuk mengeluarkan garam itu. Akibatnya apa?

  • Kamu justru makin dehidrasi
  • Bisa bikin pusing, muntah, bahkan gagal ginjal kalau dikonsumsi terus-menerus

Teknologi Desalinasi: Ubah Air Asin Jadi Layak Minum

Photo by Patrick Federi on Unsplash

Meski nggak bisa langsung diminum, air laut bisa diolah jadi air tawar lewat proses yang disebut desalinasi. Ada dua metode utama:

  1. Reverse Osmosis (RO), air laut dipaksa melewati membran semipermeabel yang menyaring garamnya.
  2. Distilasi, air laut dipanaskan sampai menguap, lalu uapnya dikondensasi jadi air bersih.

Negara-negara seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab sudah sangat bergantung pada teknologi ini untuk suplai air bersih mereka.

Gimana dengan Indonesia?

Sebagai negara maritim, Indonesia punya potensi besar untuk manfaatkan teknologi desalinasi, terutama di pulau-pulau kecil dan daerah terpencil yang sulit akses air tawarnya. Tapi kendalanya:

  • Biaya energi yang tinggi
  • Perlu perawatan alat yang rutin
  • Belum banyak SDM lokal yang terlatih

Namun dengan pengembangan teknologi dan dukungan kebijakan, peluangnya tetap terbuka lebar.

Air laut memang nggak bisa langsung diminum. Tapi dengan teknologi yang terus berkembang dan tantangan krisis air di banyak wilayah, mungkin aja suatu hari nanti air laut jadi penyelamat krisis air dunia. Siapa tahu, kamu yang baca ini jadi salah satu insinyur lingkungan yang mewujudkannya?

Share:

0 Komentar