Material bahan konstruksi menjadi pertimbangan karena menentukan hasil akhir pekerjaan. Proses pemilihan material tidak cuma dipikirkan oleh kontraktor, firma Arsitektur juga merasakan demikian.
Arsitek sudah mempelajari sifat material melalui mata kuliah Material Arsitektur atau Ilmu Bahan Bangunan. Walau tidak sedalam teknik sipil, tetapi ilmu ini menjadi pegangan dasar dalam menentukan bahan bangunan.
Bata Merah dan Beton Bertulang adalah material bangunan yang umum untuk pengerjaan konstruksi. Bahan ini sudah digunakan dari zaman dahulu pada bangunan bersejarah, perumahan, hingga gedung perkantoran modern.
Tetapi perlu diketahui kalau memilih bata merah atau beton bertulang untuk pengerjaan konstruksi membutuhkan persyaratan. Selain dana, ada hal-hal penting yang tidak boleh dilewatkan seperti karakteristik material.
Perbedaan bata merah dan beton bertulang
Dalam ulasan ini, Anak Teknik Indonesia menjelaskan perbedaan bata merah dan beton bertulang supaya membantu Arsitek membuat perencanaan kerja.
Komposisi bahan
Bata merah terbuat dari campuran tanah lempung, pasir, kapur, abu cangkang kelapa sawit, oksida besi yang dicetak dan dibakar pada suhu tinggi. Beton bertulang terbuat dari campuran beton biasa dengan tulangan baja sebagai penahan gaya tarik, agar beton tidak mudah retak.
Kekuatan bahan
Bata merah adalah material yang lemah dalam tegangan tetapi kuat dalam kompresi. Nilai kompresinya berkisar 2.000 - 3500 PSI per blok. Dengan kekuatan tarik 500-3000 PSI dan kuat tekan 5-15 MPa, bata merah dapat menyerap panas dari luar sehingga suhu ruangan tetap terjaga.
Beton bertulang memiliki kelebihan dari kompresi dan gaya tarik tetapi lemah dengan gaya geser. Gaya tekan yang dihasilkan sebesar 2.500 - 5000 PSI. Tahan korosi, fleksibel, dan dapat digunakan untuk berbagai aplikasi konstruksi.
Proses konstruksi
Konstruksi batu bata mulai dari memilih pondasi yang kokoh dan rata untuk lapisan pertama. Campurkan semen, pasir, dan air untuk membuat mortar, dan meletakan batu bata secara bertahap dari lapisan bawah ke atas.
Pengerjaan konstruksi beton bertulang mulai dari meratakan lahan, pemasangan bekisting, tulangan baja, pencampuran dan pengecoran, pemadatan, dan penghalusan beton coran. Kemudian proses ini diawasi selama 28 hari untuk mendapatkan kekuatan maksimum. Setelah cetakan selesai barulah membongkarkan bekisting.
Biaya produksi
Biaya produksi bata merah terbilang tinggi karena harus membayar tenaga kerja dan material. Namun, biaya perawatan terbilang rendah.
Beton bertulang memiliki biaya produksi murah di awal. Namun menghabiskan biaya material yang lebih mahal.
Daya tahan
Beton bertulang rentan terhadap erosi sehingga perlu diganti setiap 20 tahun untuk memperpanjang usia penggunaan. Batu bata justru lebih tahan lebih lama karena tidak mudah tererosi. Dengan demikian batu bata lebih tahan lama daripada beton.
Manakah yang lebih baik

Batu bata digunakan untuk membuat bangunan tempat tinggal yang berfokus pada estetika. Dinding dan fasad demi estetika tampilan serta proyek konstruksi berusia panjang.
Beton bertulang bermanfaat untuk proyek skala besar dengan kapasitas mampu menahan beban berat. Fokus pada desain modern minimalis dengan estetika ramping.
Terlepas material yang Anda gunakan nanti, harus sesuai dengan pondasi konstruksi bangunan. Jika tidak sesuai, penggunaan material bahan bangunan akan sia-sia. Bukannya untung malah buntung.
Anda bisa mendapatkan fundamental terkait konstruksi bangunan melalui Buku Konstruksi Bangunan. Masalah konstruksi dari A sampai Z terjawab dalam satu buku.
Kunjungi Anak Teknik Indonesia untuk menghasilkan konstruksi bangunan yang kokoh dan tepat guna.
0 Komentar
Artikel Terkait







