Opini

Konsipirasi Lampu Bohlam - Keusangan Terencana

Centennial Light Bulb, lampu berusia ratusan tahun ini tetap menyala hingga saat ini, lho.

Andre Kurniawan11 Juni 2021

Anak Teknik pasti pernah membeli peralatan elektronik seperti PC, printer, kamera, TV,  atau peralatan elektronik lainnya. Dan kamu mungkin pernah mendengar rumor bahwa PC kamu akan rusak setelah beberapa ribu kali kamu menghidupkannya, printer kamu akan macet setelah mencetak 5000 lembar, kamera kamu akan rusak sensornya setelah 150.000 kali jepretan (shutter count), atau baterai lithium-ion akan rusak setelah beberapa kali diisi. Dan saat kamu membawa barang elektronikmu yang telah rusak ke service center, maka yang akan kamu dapatkan hanyalah kenyataan bahwa part yang rusak harganya hampir sama jika kita membeli yang baru.

Jika kamu pernah mengalami hal tersebut, bisa jadi kamu sudah terjebak dalam dunia Planned Obsolescence.

https://kumparan.com

Seperti yang kamu tahu, semua barang-barang produksi di masa lampau terkenal akan keawetannya, namun semua itu berubah setelah negara api menyerang (canda negara api). Planned Obsolescence atau Keusangan yang terencana pernah terjadi di Eropa dan Amerika oleh sekelompok perusahaan lampu bohlam yang dikenal dengan Kartel Phoebus. Kala itu kartel ini sepakat untuk mengurangi umur lampu bohlam dan mengatur harganya demi meningkatkan keuntungan dari penjualan yang berulang-ulang dengan tujuan memonopoli. Konspirasi yang terjadi sekitar tahun 1924 ini berakibat turunnya standar umur lampu kala itu, dari yang sebelumnya bisa bertahun-tahun (standar bola lampu edisson berumur 2000 jam) hanya menjadi 1000 jam saja. Konspirasi ini dikenal dengan istilah Light Bulb Conspiration.

https://www.simplemost.com

Pernahkah kamu mendengar bola lampu yang dijuluki “centennial light”? Lampu ini merupakan pemegang rekor dunia Guinness book, dan sekarang telah berumur 120 tahun. Bola lampu ini dipasang di kantor pemadam kebakaran di 4500 East Avenue, Livermore, California. Lampu ini telah berjalan lebih dari satu juta jam, jauh lebih lama daripada bola lampu modern yang kita temukan sekarang. Salah satu alasan mengapa bola lampu ini tahan begitu lama adalah karena dibuat sebelum era kartel Phoebus.

Kartel Phoebus sukses dalam melakukan operasinya selamat 15 tahun. Tantangan terbesar dari kartel ini adalah grup kecil dari perusahaan lampu utara yang menolak untuk turut andil. Karena persaingan dari luar dan ketidakpatuhan diantara para anggotanya, serta pecahnya perang dunia II, tahun 1939 kartel ini dibubarkan.

Walaupun kartel ini sudah ‘mati’, tetapi metodenya masih bertahan hingga hari ini. Ada banyak perusahaan di luar sana yang sengaja memperpendek umur produk mereka agar produk mereka terus laku di pasaran. Semakin laku produk tersebut di pasaran, proses produksi juga akan semakin meningkat, dan hal itulah yang mereka inginkan.

Pada tahun 2018 jaksa penuntut di prancis membuka penyelidikan atas permintaan asosiasi Halt Planned Obsolescene (HOP) terkait tuduhan pada apple yang menyatakan bahwa mereka sengaja memperlambat iphone lama agar pengguna menggantinya dengan yang baru. Dalam rangkaian tuntutan hukum yang telah berakhir pada tahun 2020 ini, apple didenda dan membayar ratusan juta dolar. Hal ini tentu tidak seberapa jika dibandingkan dengan pendapatan tambahan yang dihasilkan dengan membatasi umur produknya.

Terlepas ada tidaknya planned obsolescence di era ini, ada cara yang lebih baik dan lebih beretika agar produk yang dijual laku yaitu dengan berorientasi kepada produk. Apabila kita fokus untuk meningkatkan kualitas produk, dan benar-benar fokus berinovasi pada produk dan layanan, tanpa mengesampingkan aspek lainnya. Hal ini tentu akan membuat para konsumen tertarik membeli walaupun yang lama masih ada.

Seperti yang dikatakan Om Elon Musk di Acara The Wall Street Journal’s CEO Council pada 8 Desember 2020 lalu.

“Habiskan sedikit saja waktu untuk keuangan, habiskan sedikit saja waktu di ruang rapat. Lebih sedikit waktu di PowerPoint dan lebih banyak waktu untuk berusaha menciptakan produkmu semenarik mungkin,”

 

Share:

0 Komentar

Artikel Terkait