Pengetahuan

Likuefaksi pada Muatan Kapal : Bahaya yang Berasal dari Kargo

Muatan berbahaya pada kapal tidak hanya berupa bahan eksplosif atau bahan kimia toksik loooh. Bahaya pada kapal juga dapat muncul dari muatan seaman bijih mineral.

Mendengar kata “muatan berbahaya”, langsung terbayang bahan eksplosif atau bahan kimia yang beracun. Mungkin tidak banyak orang yang tahu kalau muatan seaman bijih mineral dapat mengalami likuefaksi.

Terus, apa sih likuefaksi itu? Dan bagaimana hal ini bisa berbahaya bagi kapal terutama bulk carrier?

Likuefaksi merupakan proses perubahan muatan curah kering (bahan butiran yang langsung dimuat ke kapal) dengan tingkat kelembaban yang tinggi dari padat menjadi “cair” ketika merespon getaran yang kuat. Dalam proses likuefaksi, muncul lapisan slurry oil di permukaan muatan yang dapat miring dari satu sisi ke sisi lain karena gerakan pada kapal. Hal ini dapat menyebabkan kapal tidak stabil karena build-up muatan di satu sisi kapal. Hal ini bahkan bisa sampai membuat kapal terbalik loh.

Skema likuefaksi pada muatan curah kering di kapal

Muatan bijih mineral seperti besi, nikel, dan bauksit yang dibiarkan terbuka sebelum pengiriman dapat terkena hujan sehingga meningkatkan kadar air ke tingkat yang berbahaya. Likuefaksi dapat terjadi secara tidak terduka ketika muatan kardo memiliki kadar air melebihi Flow Moisture Point (FMP). 

Walaupun risikonya lebih besar selama cuaca buruk, tidak ada kondisi berlayar yang aman. Likuefaksi dapat terjadi secara tidak terduga, bahkan dalam kondisi kapal yang berlabuh atau bergerak dengan kecepatan rendah. Lama perjalanan dan kondisi cuaca cerah tidak berarti muatan dengan batas kelembaban yang terlalu tinggi aman untuk diangkut!

Banyak kapal mengangkut muatan yang dapat mengalami likuefaksi, beberapa juga sudah tenggelam karenanya. Contohnya yaitu :

1. Harita Bauxite – Tenggelam di Cape Bolinao, Laut Cina Selatan pada tahun 2013 saat membawa bijih nikel, menyebabkan 15 orang meninggal

2. Bulk Jupiter – Tenggelam di tanggal 2 Januari 2015 saat mengangkut 456,4ribu ton bauksit, hanya satu orang yang selamat dari 19 kru kapal

3. Vinalines Queen – Tenggelam saat perjalanan dari Indonesia ke Cina saat mengangkut 54ribu ton nikel, 21 kru meninggal

Lalu, bagaimana cara mencegah terjadinya likuefaksi pada kapal? Beberapa cara yang dapat ditempuh yaitu :

1. Penetapan peraturan International Maritime Solid Bulk Cargoes Code (IMSBC) yang memberi informasi karakteristik muatan yang harus diangkut.

2. Penerapan teknologi seperti sensor untuk memonitor tekanan air muatan di dalam kapal.

3. Penerapan pengujian tingkat kelembaban muatan seperti can test (memasukkan sampel kargo ke dalam kaleng, lalu dihantamkan ke tanah).

Skema can test

 

Share:

0 Komentar