Teknik dekomisioning fasilitas nuklir adalah serangkaian proses yang kompleks dan terencana untuk mengakhiri operasi permanen sebuah fasilitas nuklir (seperti reaktor nuklir, fasilitas pengolahan bahan bakar, atau laboratorium riset yang menggunakan bahan radioaktif) dan mengembalikannya ke kondisi yang aman, stabil, dan ramah lingkungan.
Tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan atau mengurangi radioaktivitas residu hingga tingkat yang aman, sehingga situs tersebut dapat digunakan kembali untuk tujuan lain atau dilepaskan dari kendali regulasi.
Dekomisioning adalah fase terakhir dalam siklus hidup sebuah fasilitas nuklir dan seringkali membutuhkan waktu yang sangat lama serta biaya yang besar.
1. Mengapa Dekomisioning Dilakukan?
Beberapa alasan utama mengapa fasilitas nuklir perlu didekomisioning:
- Akhir Masa Operasional: Fasilitas telah mencapai akhir umur desainnya (misalnya 40-60 tahun untuk PLTN) dan tidak lagi ekonomis atau aman untuk dioperasikan.
- Perubahan Regulasi: Standar keselamatan atau regulasi yang baru membuat operasi fasilitas menjadi tidak sesuai atau terlalu mahal.
- Perbaikan Ekonomi: Biaya operasi yang meningkat atau harga energi yang menurun membuat fasilitas tidak lagi menguntungkan.
- Kerusakan/Kecelakaan: Fasilitas mengalami kerusakan parah atau kecelakaan yang membuatnya tidak dapat dioperasikan kembali.
- Tujuan Strategis: Perubahan kebijakan energi atau keputusan politik.
2. Strategi Dekomisioning Utama
Ada beberapa strategi utama yang dapat dipilih untuk dekomisioning, tergantung pada jenis fasilitas, tingkat radioaktivitas, kondisi lokasi, dan tujuan penggunaan lahan di masa depan:
-
Pembongkaran Segera (Immediate Dismantling / Decon):
- Deskripsi: Proses dekontaminasi dan pembongkaran fasilitas dimulai segera setelah operasi permanen dihentikan (biasanya dalam 2-5 tahun). Bahan radioaktif dan komponen terkontaminasi segera dipindahkan dan dikelola sebagai limbah.
- Kelebihan: Waktu yang lebih singkat untuk membersihkan lokasi, pengetahuan tentang fasilitas masih segar, paparan radiasi yang lebih rendah bagi masyarakat dalam jangka panjang.
- Kekurangan: Dosis radiasi awal yang lebih tinggi bagi pekerja (karena radioaktivitas masih tinggi), biaya awal yang besar.
-
Pembongkaran Tertunda (Deferred Dismantling / SAFSTOR):
- Deskripsi: Fasilitas dijaga dalam kondisi aman (disterilkan, disegel, dan diawasi) selama periode tertentu (misalnya 30-60 tahun) untuk memungkinkan radioaktivitas berumur pendek meluruh secara alami. Setelah periode ini, dekontaminasi dan pembongkaran dilakukan.
- Kelebihan: Dosis radiasi yang lebih rendah bagi pekerja (karena radioaktivitas menurun), penyebaran biaya seiring waktu, waktu lebih banyak untuk mengembangkan teknologi dekomisioning.
- Kekurangan: Durasi proyek lebih lama, biaya pemeliharaan dan pengawasan jangka panjang, pengetahuan tentang fasilitas bisa berkurang, potensi risiko keamanan selama masa penyimpanan.
-
Penguburan/Pengungkungan (Entombment):
- Deskripsi: Fasilitas, atau setidaknya bagian intinya yang paling radioaktif, disegel secara permanen dalam struktur yang kuat (misalnya beton) dan dibiarkan di lokasi. Ini biasanya dilakukan hanya untuk reaktor dengan radioaktivitas yang sangat rendah atau jika pembongkaran tidak memungkinkan.
- Kelebihan: Biaya awal rendah, tidak perlu transportasi limbah.
- Kekurangan: Lahan tidak bisa digunakan kembali, membutuhkan pengawasan jangka sangat panjang (ratusan hingga ribuan tahun), tidak semua regulator mengizinkan opsi ini untuk PLTN skala besar.
3. Tahapan Umum Proses Dekomisioning
Meskipun strategi bervariasi, tahapan umum dekomisioning meliputi:
- Perencanaan dan Perizinan:
- Pengembangan rencana dekomisioning yang komprehensif, termasuk studi keamanan, estimasi biaya, dan strategi pengelolaan limbah.
- Mendapatkan persetujuan dan lisensi dari badan pengawas nuklir nasional (di Indonesia: BAPETEN). Perencanaan dekomisioning bahkan sudah dimulai sejak tahap desain fasilitas.
- Penutupan Operasi Permanen:
- Menghentikan produksi daya atau aktivitas utama fasilitas.
- Melepaskan semua bahan bakar nuklir bekas dari reaktor dan memindahkannya ke tempat penyimpanan yang aman (kolam pendingin atau penyimpanan kering). Ini adalah langkah krusial yang secara signifikan mengurangi risiko radiasi.
- Dekontaminasi dan Pembongkaran Awal:
- Dekontaminasi: Proses membersihkan atau mengurangi tingkat kontaminasi radioaktif dari permukaan struktur, peralatan, dan komponen menggunakan metode fisik (menyikat, menyemprot) atau kimia (larutan dekontaminasi).
- Pembongkaran Sistem Non-Radioaktif: Membongkar bagian-bagian fasilitas yang tidak radioaktif atau memiliki radioaktivitas rendah.
- Pembongkaran Inti Reaktor dan Sistem Terkontaminasi Tinggi:
- Ini adalah tahap paling menantang. Melibatkan pemotongan dan pembongkaran komponen inti reaktor dan sistem yang sangat terkontaminasi atau teraktivasi neutron (misalnya bejana reaktor, internals).
- Seringkali membutuhkan peralatan khusus, remote handling, dan robotik untuk meminimalkan paparan pekerja.
- Pengelolaan Limbah Radioaktif:
- Karakterisasi: Mengidentifikasi jenis, jumlah, dan tingkat radioaktivitas limbah.
- Pengolahan: Mengurangi volume dan menstabilkan limbah (misal, pemadatan, sementasi, vitrifikasi).
- Penyimpanan/Pembuangan: Mengirim limbah ke fasilitas penyimpanan sementara atau repositori pembuangan akhir yang sesuai (sesuai klasifikasi limbah: tingkat rendah, menengah, tinggi).
- Pembersihan Situs Akhir (Final Site Release):
- Melakukan survei radiasi yang menyeluruh dan ekstensif untuk memastikan bahwa tingkat radioaktivitas di situs berada di bawah ambang batas regulasi untuk penggunaan tidak terbatas (atau penggunaan terbatas).
- Mendapatkan izin pelepasan dari badan pengawas.
- Membongkar sisa-sisa bangunan yang tidak digunakan.
4. Tantangan dalam Dekomisioning
Dekomisioning menghadapi berbagai tantangan signifikan:
- Biaya: Sangat mahal. Biaya dekomisioning PLTN bisa mencapai miliaran dolar AS. Perencanaan keuangan sejak awal masa operasi sangat penting.
- Paparan Radiasi Pekerja: Meskipun ada upaya untuk meminimalkan dosis, pekerja dekomisioning terpapar risiko radiasi. Protokol proteksi radiasi yang ketat harus diterapkan.
- Volume Limbah Radioaktif: Dekomisioning menghasilkan volume limbah radioaktif yang besar dan beragam, yang memerlukan penanganan dan pembuangan yang aman dalam jangka panjang.
- Ketersediaan Repositori Akhir: Kurangnya repositori geologis dalam yang beroperasi secara permanen untuk limbah tingkat tinggi adalah tantangan global.
- Kompleksitas Teknis: Membongkar struktur yang terkontaminasi tinggi di lingkungan yang sulit dijangkau.
- Pengetahuan yang Menurun: Jika dekomisioning ditunda, pengetahuan tentang desain asli fasilitas dan sejarah operasionalnya bisa berkurang.
- Penerimaan Publik: Komunikasi yang transparan dengan publik tentang keamanan dan rencana pengelolaan limbah sangat penting.
Teknik dekomisioning adalah bidang yang terus berkembang, didorong oleh kebutuhan untuk mengelola warisan fasilitas nuklir yang menua dan memastikan keamanan jangka panjang.
0 Komentar
Artikel Terkait
