Pada 1 Mei di San Francisco, CEO Nvidia Jensen Huang dilaporkan melakukan pertemuan tertutup dengan Komite Urusan Luar Negeri DPR Amerika Serikat untuk membahas kekhawatiran mendalam terhadap meningkatnya kemampuan kecerdasan buatan (AI) milik Huawei Technologies Co. Pertemuan ini mempertegas ketegangan teknologi antara AS dan Tiongkok, khususnya dalam bidang pengembangan chip AI yang kian strategis secara geopolitik.
Menurut sumber staf senior komite kongres, pertemuan ini menyoroti kompetisi yang semakin ketat antara chip buatan Huawei dengan Nvidia, terutama setelah sejumlah pembatasan ekspor AS diberlakukan terhadap produk-produk Nvidia di pasar Tiongkok.
Huawei Berpotensi Dominasi Pasar Global Chip AI
Salah satu kekhawatiran utama yang mencuat dalam rapat tersebut adalah kemungkinan chip AI Huawei menggeser dominasi Nvidia, terutama bila model AI sumber terbuka Tiongkok seperti DeepSeek R1 dioptimalkan untuk berjalan secara efisien di atas perangkat keras Huawei.
"Jika DeepSeek R1 dilatih menggunakan chip milik Huawei, atau model-model AI Tiongkok di masa depan telah dirancang agar sangat kompatibel dengan chip Huawei, maka hal itu dapat memicu lonjakan permintaan pasar global terhadap produk-produk Huawei," ujar salah satu pejabat staf senior komite yang hadir dalam pertemuan itu.
Pernyataan Resmi Nvidia
Menanggapi laporan tersebut, juru bicara Nvidia, John Rizzo, mengatakan bahwa CEO Jensen Huang hadir untuk menekankan pentingnya AI sebagai infrastruktur strategis nasional. Dalam pernyataannya, ia mengatakan:
“Jensen bertemu dengan Komite Urusan Luar Negeri DPR untuk membahas pentingnya AI sebagai bagian dari infrastruktur nasional dan perlunya investasi dalam manufaktur dalam negeri. Ia juga menegaskan dukungan penuh Nvidia terhadap langkah pemerintah AS untuk mendorong kemajuan teknologi dan menjaga kepentingan Amerika di tingkat global.”
Nvidia Terus Hadapi Tekanan Regulasi
Selama bertahun-tahun, Nvidia berada di garis depan dalam pengembangan sistem AI canggih seperti chatbot, generator gambar, dan berbagai aplikasi deep learning lainnya. Namun, chip-chip canggih Nvidia telah menjadi sasaran pembatasan ekspor dari pemerintah AS, mulai sejak masa kepemimpinan Presiden Donald Trump.
Sebagai tanggapan, Nvidia mulai merancang chip alternatif khusus untuk pasar Tiongkok yang tetap mematuhi aturan ekspor terbaru dari Washington. Salah satunya adalah chip H20, yang dirancang khusus agar tidak melanggar ketentuan ekspor teknologi AS namun masih menarik bagi pasar Tiongkok.
Namun, pada bulan lalu, Nvidia mengungkapkan bahwa pemerintah AS kembali meminta mereka untuk menghentikan penjualan chip H20 ke Tiongkok. Hal ini semakin membatasi akses Nvidia ke salah satu pasar AI terbesar di dunia dan memicu peningkatan permintaan terhadap chip alternatif dari dalam negeri Tiongkok sendiri.
Peluang Baru bagi Huawei
Di tengah kekosongan pasar yang ditinggalkan oleh Nvidia di Tiongkok, Huawei bergerak cepat untuk mengisi celah tersebut. Perusahaan teknologi raksasa asal Tiongkok ini dilaporkan tengah bersiap meluncurkan pengiriman massal chip AI yang dirancang untuk bersaing langsung dengan produk Nvidia.
Chip buatan Huawei diharapkan mampu mendukung berbagai model AI lokal, termasuk model-model berbiaya rendah seperti DeepSeek R1, yang semakin populer di kalangan perusahaan dan pengembang AI di Tiongkok.
Menurut laporan dari Reuters, langkah Huawei ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang untuk meningkatkan kemandirian teknologi Tiongkok di tengah tekanan dan pembatasan dari AS. Dengan dukungan penuh dari pemerintah Tiongkok dan investasi yang signifikan di sektor semikonduktor, Huawei kini menjadi pemain yang patut diperhitungkan dalam peta persaingan chip AI global.
Risiko Jangka Panjang untuk Dominasi Teknologi AS
Pertumbuhan pesat Huawei dalam bidang chip AI dinilai sebagai ancaman potensial terhadap dominasi teknologi Amerika di kancah global. Jika semakin banyak model AI yang kompatibel dan dioptimalkan untuk chip Huawei, maka posisi Nvidia sebagai pemimpin pasar global bisa tergeser.
Hal ini bukan hanya berdampak pada pendapatan Nvidia, tetapi juga pada kontrol teknologi strategis oleh Amerika Serikat. AI saat ini dipandang sebagai elemen penting dalam keamanan nasional dan ekonomi masa depan, sehingga dominasi dalam pengembangan dan distribusi teknologi AI menjadi isu yang sangat sensitif secara geopolitik.
Dorongan Investasi Teknologi di AS
Dalam pertemuan dengan DPR AS, Jensen Huang turut menyerukan peningkatan investasi dalam manufaktur chip di dalam negeri sebagai langkah strategis untuk menjaga keunggulan AS di bidang teknologi. Ia menyampaikan bahwa penguatan ekosistem manufaktur dan penelitian dalam negeri adalah kunci untuk menjaga posisi Amerika di tengah dinamika persaingan global.
Langkah ini juga sejalan dengan kebijakan pemerintah AS yang mendorong relokasi produksi semikonduktor dari luar negeri ke dalam negeri, sebagai bagian dari upaya memperkuat ketahanan rantai pasok dan mengurangi ketergantungan pada mitra dagang strategis seperti Tiongkok.
Persaingan antara Nvidia dan Huawei mencerminkan dinamika baru dalam geopolitik teknologi, di mana inovasi AI dan kekuatan manufaktur semikonduktor menjadi arena persaingan utama antara negara-negara besar. Dengan pembatasan ekspor dari AS yang terus berkembang dan respons agresif dari perusahaan seperti Huawei, masa depan pasar chip AI global diprediksi akan semakin kompetitif.
Bagi Amerika Serikat dan perusahaan-perusahaan teknologinya seperti Nvidia, langkah-langkah strategis perlu diambil segera, baik melalui inovasi teknologi maupun kebijakan industri, agar tetap menjadi pemimpin dalam era AI global yang terus berubah.
0 Komentar
Artikel Terkait
