Aksesibilitas website adalah praktik mendesain dan mengembangkan website sehingga dapat digunakan oleh semua orang, termasuk individu dengan disabilitas. Ini mencakup orang dengan gangguan penglihatan (buta warna, penglihatan rendah, buta), pendengaran, kognitif, neurologis, atau motorik. Membuat website yang aksesibel bukan hanya tentang kepatuhan hukum atau etika, tetapi juga tentang memperluas jangkauan audiens Anda dan memastikan pengalaman pengguna (UX) yang inklusif untuk semua.
Berikut adalah beberapa tips kunci untuk membuat website yang lebih aksesibel:
1. Gunakan Teks Alternatif (Alt Text) untuk Gambar
Gambar adalah bagian integral dari website, tetapi tidak dapat "dilihat" oleh pembaca layar yang digunakan oleh tunanetra.
-
Fungsi: Sediakan deskripsi singkat dan informatif tentang konten gambar dalam atribut
alt
pada tag<img>
. -
Contoh: Daripada
<img src="kucing.jpg" alt="">
, gunakan<img src="kucing.jpg" alt="Seekor kucing oranye berbulu lebat sedang tidur di sofa">
. -
Pengecualian: Jika gambar murni dekoratif dan tidak memberikan informasi penting, Anda bisa menggunakan
alt=""
(alt kosong) agar pembaca layar mengabaikannya.
2. Pastikan Kontras Warna yang Cukup
Kontras antara warna teks dan latar belakang sangat penting untuk keterbacaan, terutama bagi pengguna dengan penglihatan rendah atau buta warna.
-
Standar WCAG: Ikuti pedoman WCAG (Web Content Accessibility Guidelines) untuk rasio kontras minimum. Biasanya, rasio 4.5:1 untuk teks normal dan 3:1 untuk teks besar direkomendasikan.
-
Alat Bantu: Gunakan tool online seperti WebAIM Contrast Checker atau Color Safe untuk menguji rasio kontras Anda.
-
Hindari Kombinasi Buruk: Jauhi kombinasi warna yang seringkali sulit dibedakan oleh penderita buta warna, seperti merah dan hijau, atau biru dan ungu dengan value yang serupa.
3. Navigasi Keyboard yang Lengkap
Banyak pengguna dengan disabilitas motorik atau penglihatan mengandalkan keyboard (tombol Tab, Enter, Spacebar, panah) untuk menavigasi website, bukan mouse.
-
Urutan Tab Logis: Pastikan urutan fokus (saat menekan tombol Tab) logis dan mengikuti alur visual halaman.
-
Indikator Fokus Visual: Saat sebuah elemen difokuskan (misalnya, tombol atau link), harus ada indikator visual yang jelas (misalnya, outline biru tebal) agar pengguna tahu di mana mereka berada.
-
Semua Elemen Interaktif Dapat Diakses: Pastikan semua link, tombol, form fields, dan elemen interaktif lainnya dapat diakses dan diaktifkan hanya dengan keyboard.
4. Gunakan Struktur Heading yang Semantik dan Logis
Heading (<h1>
, <h2>
, dll.) tidak hanya membantu desain visual, tetapi juga memberikan struktur hierarki konten bagi pembaca layar dan mesin pencari.
-
Hierarki Benar: Gunakan
<h1>
untuk judul utama halaman,<h2>
untuk sub-bagian utama,<h3>
untuk sub-sub-bagian, dan seterusnya. Jangan melompati level heading (misalnya, dari<h1>
langsung ke<h3>
). -
Deskriptif: Buat heading yang deskriptif sehingga pengguna dapat dengan cepat memahami isi bagian tersebut.
5. Buat Form yang Aksesibel
Formulir seringkali menjadi titik frustrasi bagi pengguna dengan disabilitas jika tidak dirancang dengan baik.
-
Label Jelas: Selalu gunakan tag
<label>
yang terhubung dengan input form (<label for="id_input">Nama:</label><input type="text" id="id_input">
). Label ini akan dibaca oleh pembaca layar saat pengguna fokus pada field input. -
Instruksi dan Pesan Kesalahan: Berikan instruksi yang jelas untuk mengisi formulir dan pesan kesalahan yang spesifik serta mudah dipahami.
-
Validasi yang Jelas: Tunjukkan field mana yang wajib diisi dan format yang benar jika ada kesalahan input.
6. Sediakan Transkrip atau Subtitle untuk Konten Media
Untuk video dan audio, menyediakan alternatif teks sangat penting bagi pengguna dengan gangguan pendengaran atau mereka yang berada di lingkungan yang tidak memungkinkan mendengarkan audio.
-
Subtitle/Caption: Sediakan subtitle atau closed captions untuk semua video.
-
Transkrip Lengkap: Untuk konten audio atau video yang panjang, sediakan transkrip teks lengkap yang dapat diunduh atau diakses.
-
Deskripsi Audio: Untuk video yang menampilkan informasi visual penting tanpa narasi verbal, pertimbangkan untuk menambahkan deskripsi audio.
7. Desain yang Responsif
Seperti yang sudah dibahas, desain responsif (website yang dapat beradaptasi dengan berbagai ukuran layar) juga merupakan pilar penting dari aksesibilitas.
-
Tata Letak Fleksibel: Pastikan konten tetap dapat dibaca dan elemen mudah diakses terlepas dari ukuran layar atau orientasi perangkat (potret/lanskap).
-
Ukuran Font Skalabel: Pengguna harus dapat memperbesar teks tanpa mengacaukan tata letak.
8. Gunakan Bahasa yang Jelas dan Sederhana
Hindari jargon teknis, kalimat yang terlalu panjang, dan struktur kalimat yang kompleks.
-
Mudah Dipahami: Tulis konten dengan bahasa yang mudah dipahami oleh audiens yang beragam, termasuk mereka dengan disabilitas kognitif atau kemampuan bahasa yang berbeda.
-
Glosarium: Jika ada istilah teknis yang tidak dapat dihindari, sediakan glosarium.
9. Hindari Konten yang Berkedip atau Berkedip Berlebihan
Konten yang berkedip atau berkedip lebih dari tiga kali per detik dapat memicu kejang pada individu dengan fotosensitif epilepsi.
-
Batasi Penggunaan: Jika harus digunakan, pastikan frekuensinya di bawah ambang batas yang aman.
-
Peringatan: Sediakan peringatan jika ada konten seperti itu di website.
Membuat website yang aksesibel adalah proses berkelanjutan. Lakukan audit aksesibilitas secara berkala, uji dengan pengguna sungguhan yang memiliki disabilitas, dan terus belajar dari pedoman WCAG. Dengan melakukan hal ini, Anda tidak hanya mematuhi standar, tetapi juga membangun pengalaman digital yang lebih inklusif dan bermanfaat bagi semua orang.
0 Komentar
Artikel Terkait
