Opini

Sinergi Prestasi dan Kepercayaan Diri, Mendorong Siswa Berprestasi dan Sekolah Berdaya Saing

Prestasi dan kepercayaan diri merupakan elemen dalam proses pembentukan siswa berdaya saing. Ketika keduanya bersinergi, siswa akan mampu meraih prestasi dan memiliki mental yang baik

Widi Hartono10 November 2025

Mayoritas dari siswa SMA memiliki keinginan untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi (PT). Hal ini terjadi dikarenakan beberapa aspek penting yang menjadi prioritas mereka, seperti motivasi untuk terus belajar dengan meningkatkan prospek karir, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk memenuhi harapan keluarga dan Masyarakat.

Persiapan tentu harus dilakukan dengan baik dan sungguh-sungguh agar siswa dapat diterima di perguruan tinggi yang diinginkan. Beberapa hal juga harus direlakan demi meraih cita-cita yang diinginkan. Persiapan harus dilakukan sejak dini dengan peningkatan akademik, mengikuti bimbingan belajar atau les tambahan dan mencari informasih terkait bidang studi dan universitas yang diinginkan.

Pretasi siswa tidak hanya diukur dari segi akademik di sekolah, namun juga dari kemampuan mereka untuk berpartisipasi untuk meraih pretasi di berbagai ajang kompetisi. Dalam upaya menciptakan generasi muda yang kompeten, mandiri, dan siap bersaing global, salah satu faktor penentu adalah keberhasilan siswa dalam meraih prestasi sekaligus mengembangkan kepercayaan diri yang kokoh. Sinergi antara kedua elemen ini menjadi fondasi yang tak tergantikan dalam dunia pendidikan, tidak hanya bagi individu siswa, melainkan juga bagi kemajuan sekolah secara keseluruhan.

Berbagai metode dan ajang terus dikembangkan untuk menumbuhkan kemampuan dan karakter siswa, salah satunya adalah melalui kompetisi ilmiah yang bertaraf nasional, yaitu Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI). Kompetisi yang diadakan oleh Pusat Prestasi Nasional ini menjadi salah satu wadah strategis dalam berproses menuju pencapaian prestasi optimal dan penguatan rasa percaya diri melalui penelitian ilmiah.

OPSI adalah kompetisi penelitian ilmiah tahunan yang diselenggarakan oleh Pusat Prestasi Nasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, khusus untuk siswa SMP dan SMA sederajat. Kompetisi ini bertujuan utama untuk memotivasi siswa melakukan penelitian ilmiah serta melatih kemampuan mereka dalam menyusun laporan ilmiah yang berkualitas dengan cara yang menyenangkan dan menarik, sesuai slogan #MENELETIITUSERU.

Melalui OPSI, siswa didorong untuk mengembangkan kreativitas, kemampuan berpikir analitis, logis, serta kemampuan kerja sama tim. Kompetisi ini mencakup bidang sains dasar (MIPA), sains terapan, serta humaniora, dengan tema terbaru yang mengusung semangat "Muda Berinovasi, Indonesia Berprestasi".Kegiatan ini tidak hanya sekedar lomba, melainkan sebuah proses pembinaan riset yang mengasah keterampilan ilmiah sekaligus mental siswa untuk menjadi pribadi yang mandiri, bertanggung jawab, dan percaya diri.

OPSI membantu siswa untuk mengetahui bagaimana proses penelitian yang lengkap mulai dari formulasi masalah, pengumpulan data, analisis, sampai pembuatan karya ilmiah. Proses ini mengharuskan ketelitian, disiplin, dan dedikasi tinggi agar penelitian layak dikompetisikan.Pengalaman ini sekaligus menjadi ujian mental yang efektif meningkatkan kepercayaan diri, terutama saat harus mempresentasikan karya di depan juri maupun audiens.

Prestasi siswa dalam OPSI berkontribusi langsung terhadap peringkat akademik mereka, selain sebagai nilai tambah yang diakui dalam berbagai kesempatan seleksi lanjutan, termasuk beasiswa dan perguruan tinggi.Selain itu, kemampuan komunikasi ilmiah dan kerja sama tim yang diasah dapat meningkatkan prestasi non-akademik melalui keterlibatan aktif di organisasi, debat, dan proyek sosial.Dengan mengalami proses riset yang menantang sekaligus diakui prestasinya, siswa membangun rasa percaya diri yang besar. Kepercayaan ini membuat mereka berani tampil dan mengambil peran strategis baik di sekolah maupun masyarakat.

Kegitan pelatihan ini memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa, memberikan gambaran umum tentang perkuliahan, memberikan kemampuan analisis permasalahan keteknikan yang akan membantu siswa untuk merai prestasi melalu lomba-lomba. Kegiatan awal yang dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan minat siswa terhadap penelitian dan ajang kompetisi lomba, maka dilakukan kegiatan sosialisasi kepada siswa di sekolah tersebut. Sosialisasi dilakukan di sekolah dan diluar jam kegiatan rutin dari siswa, sehingga diharapkan sebagian besar siswa dapat hadir dalam acara ini. Acara sosialisasi akan menghadirkan kepala sekolah, beberapa guru dan juga pengurus yayasan agar apa yang menjadi keinginan yayasan untuk mengantarkan anak didiknya menuju jenjang yang lebih tinggi bisa tercapai.

Untuk melaksanakan pelatihan dan pendampingan maka perlu direncanakan alokasi waktu dan materi pelatihan yang akan diberikan. Materi yang diberikan berisi pengenalan tentang pentingnya mengikuti kompetisi atau lomba dan memberikan materi terkait konsep KAK lomba. Pemberian materi dilaksanakan selama 3 kali sesi tatap muka, dimana tiap sesi tatap muka dilakukan 1 minggu sekali dan setiap sesi tatap muka dilaksanakan selama 90 menit. Secara umum pelaksanaan pelatihan dikakukan dalam beberapa sesi pertemuan, kegiatan diawali dengan penjelasan umum mengenai kegiatan dan dilajutkan dengan pre-test. Sesi berikutnya memberikan materi mengenai tata cara penulisan karya ilmiah yang dilakukan selama 4 sesi, pada sesi terakhir kegiatan pelatihan ditutup dengan post-test.

Pada setiap sesi tatap muka dihadirkan mahasiswa dari Fakultas Teknik di Universitas Sebelas Maret yang akan memberikan wawasan terhadap proses bagaimana cara mengikuti kompetisi lomba dari cara pembacaan TOR lomba hingga eksekusi ide. Sesi ini ternyata dapat menumbuhkan keingintahuan dari siswa mengenai proses belajar dari mahasiswa yang mengikuti kompetisi atau lomba. Siswa yang sebelumnya hanya faham mengenai pelajaran yang diberikan secara tersetruktur, akhirnya memahami bahwa ke depannya diperlukan ketrampilan dan keahlian dalam pembacaan TOR lomba.

Tahapan berikutnya adalah memberikan tugas untuk membuat jembatan balsa sampai selesai. Pada tahap ini tim pengabdi akan melakukan pendampingan kepada siswa apabila ada mengalami kesulitanan dalam pembuatan jembatan. Diskusi terkait dengan permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan LCD dengan memberikan penjelasan yang lebih detail dan koprehensif.

Pendampingan dilakukan secara rutin dan terjadwal setiap minggu dengan alokasi waktu 90 menit, siswa juga diberikan kesempatan untuk berdiskusi langsung dengan tim pengabdian lewat komunikasi elektronik apabila ada kesulitas di luar jadwal rutin pendampingan. Tujuan akhir dari pendampingan adalah untuk membantu siswa untuk menyesaikan produk dari karya ilmiah, dimana pada akhir kegiatan dapat dievaluasi mengenai tingkat prosentasi keberhasilan siswa dalam membuat produk karya ilmiah yang sesuai.

Evaluasi keberhasilan pelatihan digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta pelatihan terhadap materi yang diberikan. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan tersebut, maka dilakukan pre-test dan post-test serta diukur dengan produk yang dihasilkan dari pendampingan yaitu paper karya tulis. Pre-test digunakan untuk mengetahui pemahaman peserta terhadap materi dasar pembuatan karya tulis ilmiah sebelum dilakukan pelatihan. Sedangkan Post-Test dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman setelah dilakukannya pelatihan. Diharapkan dengan pelatihan akan terjadi peningkatan nilai pada post-test karena peserta memang memahami materi pelatihan.

Pre-test dan post-test juga dilakukan untuk mengukur perubahan terhadap hasil pemahaman siswa terhadap KAK lomba, penilaian awal dilakukan terhadap hasil mengidentifikasi proses atau jadwal lomba, mengidentifikasi aturan dalam lomba, mengidentifikasi aturan dalam lomba, mengidentifikasi komponen penilaian dan mengidentifikasi jenis penghargaan yang akan diberikan.

Pre-test ini diberikan kepada siswa diawal kegiatan pelatihan dan pendampingan dengan mengumpulkan hasil pemahaman terhadap KAK lomba sesuai pengetahuan dan ketrampilan menulisnya sebelum dilakukan pendampingan.

Post-test dilakukan setelah selesai kegiatan pendampingan, sehingga di akhir kegiatan siswa sudah menghasilkan produk karya yang siap untuk dikirim hasil pelatihan dan pendampingan. Evaluasi dilakukan untuk mengukur tingkat perubahan hasil karya ilmiah siswa sebelum dan setelah mendapatkan pelatihan dan pendampingan. Untuk mengevaluasi keberhasilan peserta penilaian, maka dibuat skala penilaiaan yang menggambarkan tingkat keberhasilan dari masing-masing peserta.

Hasil pelatihan yang dilakukan siswa mengalami kesulitan dalam mendapatkan sumber pustakan karena adanya peraturan dari pondok terkait dengan penggunaan internet. Hal ini menjadi tantangan tersendiri agar kesulitan tersebut bisa teratasi dengan baik. Siswa tetap bersemangat untuk membuat karya ilmiah berupa jembatan balsa, walaupun seringkali masih ada kesalahan dalam proses pembuatan, sehingga karya yang dihasilkan masih belum sempurna. Walaupun demikian terdapat beberapa siswa yang memiliki kemampuan dan kemauan yang lebih dari teman-temannya, sehingga dapat membuat produk karya baik.

Share:

0 Komentar