Pengetahuan

Studi Implementasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Sekolah

Studi implementasi pembangkit tenaga surya di sekolah menunjukkan potensi besar dalam menghemat energi listrik, menekan biaya operasional, dan mendukung pendidikan berwawasan lingkungan.

Irfan Naufal Marwan3 Desember 2025

Kebutuhan energi listrik di lingkungan sekolah terus meningkat seiring dengan berkembangnya fasilitas pendidikan modern. Peralatan seperti komputer, pendingin ruangan, proyektor, hingga sistem penerangan membutuhkan pasokan listrik yang stabil. Namun, ketergantungan pada sumber listrik konvensional berbasis bahan bakar fosil menyebabkan biaya operasional tinggi dan berdampak negatif terhadap lingkungan.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) menjadi solusi yang sangat potensial. Implementasi sistem tenaga surya di sekolah tidak hanya berfungsi sebagai sumber energi alternatif, tetapi juga sebagai media edukasi energi terbarukan bagi siswa. Melalui penerapan teknologi ini, sekolah dapat menjadi contoh nyata penerapan konsep sekolah hijau (green school) yang efisien dan ramah lingkungan.

Potensi Energi Surya di Indonesia

Indonesia memiliki potensi energi surya yang sangat besar karena terletak di garis khatulistiwa dengan intensitas radiasi matahari rata-rata 4,5–5,5 kWh/m² per hari. Dengan potensi tersebut, implementasi sistem tenaga surya di sekolah sangat layak dikembangkan, terutama di daerah dengan ketersediaan listrik terbatas atau biaya energi tinggi.

Menurut data dari Kementerian ESDM, jika setiap sekolah di Indonesia memanfaatkan panel surya di atap gedungnya, total energi yang dapat dihasilkan bisa mencapai ribuan megawatt, cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik operasional pendidikan dasar hingga menengah.

Konsep Dasar Implementasi PLTS di Sekolah

Sistem tenaga surya yang diterapkan di sekolah umumnya menggunakan konfigurasi PLTS on-grid atau hybrid system.

Sistem On-Grid

Sistem ini terhubung langsung ke jaringan listrik PLN. Energi dari panel surya digunakan untuk kebutuhan listrik sekolah di siang hari, sedangkan kelebihan energi dapat disalurkan kembali ke jaringan PLN.

Sistem Hybrid

Sistem ini menggabungkan energi surya dengan baterai penyimpanan (storage) dan pasokan PLN. Keunggulannya adalah tetap dapat menyediakan listrik saat malam hari atau ketika cuaca mendung.

Komponen Utama Sistem PLTS Sekolah

  • Panel Surya (Solar Module): Mengubah energi matahari menjadi energi listrik DC.
  • Inverter: Mengubah listrik DC menjadi AC yang digunakan oleh peralatan sekolah.
  • Baterai (opsional): Menyimpan kelebihan energi untuk digunakan saat malam hari.
  • Monitoring System: Mengontrol dan mencatat performa sistem energi surya secara real-time.

Manfaat Implementasi Pembangkit Tenaga Surya di Sekolah

1. Penghematan Biaya Operasional

Penerapan sistem tenaga surya dapat menurunkan tagihan listrik sekolah secara signifikan. Berdasarkan studi lapangan di beberapa sekolah menengah di Jawa Tengah, penggunaan PLTS 10 kWp mampu menekan biaya listrik hingga 40% per bulan.

2. Edukasi dan Literasi Energi Terbarukan

Siswa dapat belajar langsung mengenai energi surya, sistem kelistrikan, dan teknologi hijau. Hal ini dapat meningkatkan kesadaran generasi muda terhadap pentingnya transisi energi dan pelestarian lingkungan.

3. Meningkatkan Citra Sekolah

Sekolah yang menerapkan energi terbarukan dapat memperoleh predikat “Sekolah Adiwiyata” atau “Green School”, yang menjadi nilai tambah dalam dunia pendidikan modern.

4. Keandalan Energi

Di daerah yang pasokan listriknya tidak stabil, PLTS memberikan solusi sebagai sumber daya alternatif yang berkelanjutan.

5. Kontribusi terhadap Pengurangan Emisi Karbon

Satu sistem PLTS berkapasitas 10 kWp dapat mengurangi emisi CO₂ hingga 12 ton per tahun, sehingga mendukung upaya mitigasi perubahan iklim.

Studi Kasus: Implementasi PLTS di Sekolah Menengah

Selain manfaat ekonomi, proyek ini juga digunakan sebagai sarana pembelajaran langsung untuk mata pelajaran fisika dan teknik energi. Sebagai contoh, SMA Negeri 1 Bantul telah menerapkan sistem PLTS berkapasitas 15 kWp sejak tahun 2022. Panel surya dipasang di atap gedung aula dan laboratorium komputer.

Berdasarkan hasil monitoring:

  • Produksi energi mencapai rata-rata 55 kWh per hari.
  • Penghematan biaya listrik mencapai Rp2,5 juta per bulan.
  • Sistem berhasil menurunkan konsumsi listrik PLN sebesar 35%.

Kesimpulan

Implementasi pembangkit listrik tenaga surya di sekolah merupakan langkah strategis dalam mendukung transisi energi nasional dan penerapan konsep pendidikan berkelanjutan. Selain menghemat biaya dan mengurangi ketergantungan terhadap listrik konvensional, PLTS juga menjadi sarana edukatif yang mendorong literasi energi di kalangan pelajar.

Dengan potensi radiasi matahari yang tinggi di Indonesia, pengembangan PLTS di sektor pendidikan sangat layak untuk diperluas. Kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat menjadi kunci keberhasilan dalam menciptakan sekolah mandiri energi yang ramah lingkungan dan berdaya saing tinggi.

Share:

0 Komentar