Kreatifitas

8 Gereja Dengan Arsitektur Unik di Indonesia

Indonesia memiliki gereja dengan desain arsitektur unik yang memiliki nilai sejarah tinggi. Memadukan budaya lokal dengan budaya asing sebagai tempat ibadah inkulturatif.

Ishak Okta Sagita15 Desember 2025

Gereja merupakan rumah ibadah bagi umat kristiani untuk melaksanakan ibadah dan merayakan hari raya. Selain tempat beribadah, gereja juga menjadi salah satu tujuan wisata religi yang menarik.

Salah satu nilai jual gereja adalah desain arsitektur yang merupakan hasil asimilasi budaya lokal dan Eropa. Desain eksterior dan interiornya memiliki estetika seni yang memikat mata. 

Dari desain arsitektur gereja tersimpan cerita dibalik proses pembangunan. Berikut adalah gereja di Indonesia dengan arsitektur unik yang layak dikunjungi.

Gereja Indonesia dengan arsitektur unik

Indonesia memiliki gereja yang memiliki desain arsitektur unik dan memiliki nilai sejarah tinggi. Memadukan budaya lokal dengan budaya asing sebagai tempat ibadah inkulturatif.

1. Gereja Katedral Jakarta

Gereja Katedral Jakarta

Gereja Katedral Jakarta merupakan Gereja Katolik bergaya eropa yang masih digunakan sampai saat ini. Gereja ini memakai gaya neo-gothic dengan dinding tebal dan menara tinggi.

Gereja Katedral Jakarta adalah Pastor Antonius Dijkmans untuk tahap awal pada tahun 1891. Kemudian sempat berhenti karena masalah pendanaan, dan pada tahun 1899 pembangunan dilanjutkan oleh M.J Hulswit. 

Pada tahun 1901, Gereja Katedral Jakarta diresmikan oleh Mgr. Edmundus Sybrandus Luypen.

Gereja ini dikunjungi untuk beribadah maupun tempat wisata. Lokasi gereja pun mudah ditemukan karena berseberangan dengan Masjid Istiqlal Jakarta. 

2. Gereja Blenduk Semarang

Gereja Blenduk Semarang

Gereja Blenduk adalah gereja yang memadukan zaman Baroque dan Renaissance sebagai inspirasi arsitektur. Gaya Neo Klasik terletak pada menara simetris dan kubah merah, dan desain Baroque pada detail ornamen interior gereja seperti pipa orgen berukuran besar.

Gereja Blenduk memakai gaya arsitektur Doria yang menunjukan karakteristik kolom tebal beralur, tidak memiliki alas sehingga langsung menapak tanah. Gaya dekoratif ini sering ditemukan pada bangunan di zaman Yunani Kuno.

Gereja Blenduk juga dikenal sebagai Gereja Protestan Indonesia Barat (GPIB) dibangun pada tahun 1742, yang mulanya bentuk rumah panggung jawa. Kemudian renovasi total dilakukan pada tahun 1787-1794 dengan sentuhan Baroque dan Neo Klasik.

3. Gereja Katolik Palasari Bali

Gereja Katolik Palasari Bali

Gereja Katolik Palasari memiliki nuansa Eropa dan Bali secara bersamaan. Perpaduan tradisional dengan arsitektur eropa membuat gereja ini menjadi daya tarik wisatawan di Bali.

Desain bangunan Gereja Palasan dirancang oleh Bruger Ign. AMD Vrieze SVD. Kemudian diresmikan oleh Mgr Albers, O carm, pada tahun 1958. 

4. Gereja Annai Maria Velangkanni Medan

Gereja Annai Maria Velangkanni Medan

Gereja Annai Maria Velangkanni merupakan gereja yang menyerupai kuil. Desain ornamen warna cerah dengan gaya arsitektur Mughal yang berasal dari India Selatan.

Melansir dari situs gereja Velangkanni, Gereja ini berdiri di atas tanah di Tanjung Selamat dengan waktu pengerjaan 2001-2005. Gereja ini diresmikan pada 1 Oktober 2005 oleh Mgr. Alfred Gonti Pius Datubara OFMCap, bersama dengan Uskup Agung Koadjutor Mgr. Anicetus Antonius Sinaga OFMCap. 

Penggagas utama dari pembangunan Gereja Annai Maria Velangkanni Medan adalah R.P James Bharataputra, S.J. dan dibantu oleh ahli struktur Dr. Ir. Johannes Tarigan. 

5. Gereja Merah Kediri

Gereja Merah Kediri

Gereja Merah terkena karena bangunannya mengunakan warna merah. Gereja ini telah menjadi salah satu cagar budaya di Kota Kediri.

Pembangunan Gereja Merah mulai dari tanggal 21 Desember 1904 oleh JA Broers. Kala itu masih memakai warna putih. Namun pada tahun 1969, warnanya berganti merah dan dipertahankan sampai sekarang.

Gereja Merak memakai gaya arsitektur kolonial belanda dengan batu bata merah dengan pintu dan jendela kayu jati. 

6. Gereja St. Fransiskus Asisi Berastagi

Gereja St. Fransiskus Asisi Berastagi

Gereja di Sumatera Utara ini masih mempertahankan identitas rumah adat Karo karena hars proses musyawarah. Gereja St. Fransiskus Asisi Berastagi memiliki gaya inkulturatif yang kuat dengan menggabungkan elemen kristiani dan tradisi Karo.

Arsitektur Gereja Berastagi mengadopsi desain rumah adat Karo yang meliputi bentuk bangunan dan nilai budayanya. Hal inilah yang membuatnya menjadi gereja inkulturatif.

Gereja inkulturatif adalah gereja yang mengintegrasi ajaran kristiani ke dalam budaya lokal agar dapat menjadi bagian hidup masyarakat setempat. 

7. Gereja Kepanjen Surabaya

Gereja Kepanjen Surabaya

Gereja Kepanjen diresmikan pada tahun 1900, dan menjadikannya sebagai gereja tertua di Surabaya. Gereja tersebut masih mempertahankan keaslian strukturnya dengan memakai dinding batu bata merah yang diimpor langsung dari Eropa.

W. Westmaes adalah arsitek asal Belanda yang mengerjakan Gereja Kepanjen dengan aliran neo-Gotik pada tahun 1899. Tetapi tahun 1945, direnovasi oleh Muljono Widjoyosastro karena kebakaran, namun tetap memperhatikan gaya neo-Gotik.

Gereja Kepanjen mendapatkan penghargaan dari komunitas Pelestarian Arsitektur Surabaya pada tahun 1966. Serta menjadi bangunan cagar budaya pada tahun 1998 oleh pemerintah Surabaya.

8. Gereja Ayam Magelang

Gereja Ayam Magelang

Gereja Ayam muncul karena kesalahan persepsi publik. Penyebutannya lahir karena desai bangunannya dari luar tampak seperti ayam. Walaupun sebenarnya adalah burung merpati.

Gereja yang berlokasi di Magelang didirikan oleh Daniel Alamsjah pada tahun 1992. Tetapi selama pengerjaan ia mendapatkan visi untuk membuat rumah ibadah universal, yang ramah semua agama. 

Siapkan rencana arsitektur dengan Anak Teknik Indonesia

Gereja merupakan rumah ibadah bagi umat kristiani. Tidak cuma untuk beribadah, gereja dengan pendekatan inkulturatif memberikan nilai estetika untuk memikat wisatawan berkunjung.

Wisatawan datang tertarik dengan hasil karya arsitek yang megah dan estetik. Arsitek menggunakannya sebagai inspirasi dalam membangun gereja. Fungsi bangunan dan estetika dapat diwujudkan jika memiliki perencanaan arsitektur.

Perencanaan arsitektur meliputi penetapan lokasi, pengembangan konsep dasar, pengerjaan sketsa gambar, menampilkan Detail Engineering Design menggunakan software CAD, kemudian finalisasi gambar untuk memenuhi nilai fungsional dan estetika sebelum masuk fase konstruksi.

Buku Sistem Utilitas Bangunan Untuk Arsitek memberi panduan perancangan bangunan bagi arsitek agar memenuhi fungsi bangunan yaitu struktur bangunan, utilitas bangunan, dan interior secara mendalam.

Dapatkan Buku Sistem Utilitas Bangunan Untuk Arsitek di Anak Teknik Indonesia.
 

Share:

0 Komentar