Six big losses merupakan konsep dalam manajemen produksi untuk mengurangi efektivitas peralatan. Konsep ini sejalan dengan Total Productive Maintenance supaya terjadi peningkatan efisiensi produksi.
Fokus utama dari six big losses adalah mengatasi permasalahan terkait alat kerja maupun mesin-mesin industri. Walaupun berkaitan dengan benda mati namun tetap berdampak pada proses produksi karena mempengaruhi hasil akhir.
Anak Teknik Indonesia kembali mengulas terkait metode six big losses dan pengaruhnya bagi keberlangsungan industri.
Six Big Losses
Six big losses adalah bentuk kerangka kerja untuk menyelesaikan masalah produktivitas di produksi yang berkaitan dengan alat maupun mesin produksi. Seiichi Nakajima adalah orang pertama yang memperkenalkannya pada tahun 1971.
Hipotesis Nakajima berawal dari anggapan bahwa teknisi bukanlah satu-satunya orang yang bertanggung jawab terhadap maintenance alat kerja, namun juga semua orang yang menggunakan. Jika semua pihak bertanggung jawab pada alat kerjanya maka efektivitas peralatan semakin meningkat.
Metode ini sejalan dengan Overall Equipment Effectiveness karena mengedepankan pendekatan enam variabel spesifik. Variabel tersebut antara lain adalah
- Unplanned Downtime
- Planned Stops
- Small Stops
- Slow Cycles
- Production Rejects
- Startup Rejects
Klasifikasi Six Big Losses
Setiap kategori six big losses memiliki penjelasan spesifik pada area tertentu. Dari sinilah, optimasi efisiensi kerja dapat dilakukan agar sejalan dengan Overall Equipment Effectiveness (OEE).
Unplanned Downtime
Mesin industri terkadang berhenti secara tiba-tiba ketika ditengah-tengah produksi. Gejala ini tentunya menaikan downtime yang berimbas pada terhambatnya aktivitas produksi.
Mesin berhenti mendadak disebabkan oleh kegagalan mekanik, masalah suplai listrik, hingga malfungsi pada aplikasi. Apabila terjadi masalah ini tindakan yang diambil adalah mengganti komponen yang rusak ataupun instalasi ulang supaya produksi tetap berjalan.
Baca juga : Kurangi Downtime Mesin Produksi Dengan Predictive Maintenance
Planned stop
Perusahaan manufaktur menghentikan produksi dengan tujuan maintenance mesin atau instalasi mesin baru. Secara produksi, aktivitas ini termasuk kerugian produksi (losses) namun tetap dilakukan mengurangi risiko kegagalan di masa depan.
Penghentian ini sengaja dilakukan usia mesin tetap panjang dan menjaga ritme durasi produksi. Bentuk ini tidak jauh berbeda dengan perusahaan teknologi melakukan maintenance aplikasi digital secara bertahap.
Small stop
Mesin dapat berproduksi namun output yang dihasilkan tidak sesuai target. Fenomena ini merujuk pada masalah losses yaitu small stop.
Faktor yang mempengaruhi small stop adalah keausan komponen, inefisiensi, dan kurangnya optimasi mesin. Jika mesin mengalami perlambatan produksi, maka perlu melakukan identifikasi untuk mencari penyebabnya agar kualitas produksi tetap optimal.
Slow cycle
Selain output produksi tidak sesuai standar, masalah lainnya adalah produksi sesuai standar namun lambat karena kecepatan produksi. Fenomena ini terjadi karena komponen mesin mengalami keausan, inefektivitas operator, sampai pada kesalahan pengaturan.
Production reject
Barang produksi yang dibuang karena tidak memenuhi standar kualitas adalah barang cacat produksi. Kondisi cacat produksi terjadi karena konfigurasi mesin yang tidak sesuai, perubahan material produksi, hingga kesalahan konfigurasi.
Dampak dari cacat produksi adalah melakukan pengerjaan ulang yang menghabiskan waktu, tenaga, dan biaya. Agar tidak terjadi barang reject maka dilakukan pengendalian produksi dan pemantauan supaya mengurangi potensi barang cacat produksi.
Startup reject
Kondisi startup reject terjadi ketika sedang menyalakan mesin produksi. Pada kondisi ini, proses produksi tidak stabil sehingga mengalami kecacatan produksi yang berakibat hasil produksi tidak optimal.
Hal ini bisa terjadi karena ketidaksesuaian komponen mesin atau mesin belum dipanaskan. Maka dari itu, memilih komponen mesin sesuai produk serta memanaskan mesin sebelum produksi dapat menaikkan produktivitas produksi.
Penggunaan Six Big Losses Pada OEE
Penilaian six big losses nantinya berkaitan dengan standar nilai rata-rata OEE. Standar World OEE Class adalah 85%.
Angka 85% menjadi tolak ukur OEE tingkat dunia karena menunjukan perusahaan mampu mengatasi losses akibat produksi. Hal ini terlihat dari tiga aspek yaitu ketersediaan alat produksi, kecepatan produksi, dan kualitas barang hasil produksi.
Baca juga : Jenis Preventive Maintenance Dalam Industri Manufaktur
Tantangan dalam Implementasi OEE
Pengumpulan data secara manual merupakan salah satu tantangan dalam mengimplementasikan OEE. Kesalahan ini terjadi apabila perusahaan dengan kapasitas industri besar dengan alat produksi canggih namun masih mengumpulkan data secara manual.
Perusahaan yang melakukan produksi skala besar tidak cocok melakukan pencatatan manual karena berpotensi kesalahan pencatatan. Untuk mengatasi itu, penggunaan software pencatatan data otomatis menjadi krusial demi mengurangi kerugian produksi.
Baca juga : Penerapan Monitoring Digital pada Panel Kontrol Motor untuk Predictive Maintenance
Pentingnya Pembekalan Skill OEE
Perkembangan industri yang begitu cepat mengharuskan untuk terus meningkatkan kapasitas diri. OEE menjadi alat untuk meningkatkan kapasitas SDM untuk mempelajari bagaimana identifikasi dan penggunaan alat kerja agar semakin efisien.
Perusahaan yang tetap berkembang adalah perusahaan yang menyediakan ruang bagi karyawannya untuk belajar dan menaikan kualitas melalui pelatihan. Engineering Academy menyediakan fasilitas training tingkat korporasi. Informasi lengkap terkait pengajuan traning dapat melalui Engineering Academy Inhouse Training.
Online Training Overall Equipment Effectiveness (OEE) for Industrial Efficiency
Pengaruh losses terjadi karena kurangnya pemahaman tentang peralatan kerja. Pemahaman alat kerja bukan hanya sebatas tahu cara menggunakannya, melainkan tahu mengidentifikasi anomali serta menentukan solusi permasalahan.
Untuk menjawab masalah tersebut, Total Productive Maintenance & Overall Equipment Effectiveness (OEE) for Industrial Efficiency hadir untuk membantu Anda bagaimana caranya menaikan efektivitas produksi hanya bermodalkan alat kerja.
0 Komentar
Artikel Terkait
